regional
Langganan

PASAR TRADISIONAL JOGJA : Butuh Bunga Tabur, Datanglah ke Depan Pasar Kranggan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Bernadheta Dian Saraswati Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Kamis, 6 Juli 2017 - 02:20 WIB

ESPOS.ID - Pedagang bunga tabur bernama Suwanti menggelar daganggannya di teras Pasar Kranggan, Selasa (4/7/2017). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Satu hal yang terbersit saat berbicara Pasar Kranggan adalah perdagangan bunga tabur

 

Advertisement

Harianregional.com, JOGJA-Satu hal yang terbersit saat berbicara Pasar Kranggan adalah perdagangan bunga tabur. Bagaimana tidak? Belasan pedagang bunga tabur berjajar memenuhi teras pasar bagian depan sehingga terlihat paling menonjol.

Para pedagang membuka bisnisnya sejak lama. Suwanti misalnya. Perempuan 52 tahun ini mulai berjualan sejak tahun 2005. Sebenarnya ia sudah ikut berjualan orang tuanya sejak kecil tetapi ia resmi membuka bisnis sendiri mulai tahun 2000, sesaat setelah ibunya meninggal dunia.

Perempuan asal Kututsari, Sengon, Prambanan, Klaten, ini rela menempuh jarak 50 kilometer setiap hari demi melanjutkan bisnis yang diturunkan orang tuanya. Ia ingin agar konsumen yang sudah lama menjadi pelanggannya tidak lari ke lain hati.

Advertisement

Setiap hari, Wanti menyediakan beragam bunga tabur, mulai dari mawar merah dan putih yang dijual mulai Rp25.000 sampai Rp50.000, bunga kantil Rp1.000 per biji, melati Rp100.000 per kg, keranjang seharga Rp10.000, sampai kain kafan seharga Rp20.000 per meter.

Ia mengatakan, pasca Lebaran kondisi penjualannya kembali sepi. Tidak seperti saat bulan ruwah (arwah) menjelang Ramadan kemarin. "Kalau ruwah sehari bisa jual sampai tujuh karung. Satu karung isi empat kilo. Kalau kayak gini paling hanya dua karung saja," katanya pada Harianregional.com, Selasa (4/7/2017).

Namun ia tetap bersyukur karena meski penjualannya sepi, dalam sehari, ia bisa menerima pendapatan bersih sedikitnya Rp50.000. "Bisa buat tambah-tambah beli kebutuhan," ujarnya.

Advertisement

Setiap hari, Wanti membuka lapaknya mulai pukul 6.00-17.00 WIB. Namun, lapaknya tidak pernah tutup karena pada malam hari lapaknya digunakan salah satu saudara untuk berjualan bunga yang sama. "Dia [saudara] bawa barang sendiri tapi kadang juga jualin bunga saya," tuturnya.

Bunga yang tidak laku bisa dikeringkan dan dijual di Pasar Beringharjo. Harga jualnya bisa melebihi Rp15.000 per kg. Namun ia beruntung karena tidak pernah mengalami itu. "Dagangan saya selalu habis," katanya.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif