regional
Langganan

Kondisi Sosial di Desa Geger Madiun Memanas Gara-Gara Konflik Pilkades - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Abdul Jalil  - Espos.id Regional  -  Senin, 18 November 2019 - 21:05 WIB

ESPOS.ID - Sejumlah ibu-ibu pendukung calon kades Geger mengikuti aksi unjuk rasa di depan kantor desa setempat, Senin (18/11/2019). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Madiunpos.com, MADIUN -- Konflik Pilkades Geger yang tidak kunjung selesai menjadi permasalahan baru di tengah masyarakat. Suasana panas perpolitikan pilkades masih terasa meski perhelatan pemilihan kepala desa sudah rampung sebulan lalu.

Seperti diketahui, konflik Pilkades Geger, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, sampai saat ini belum menemukan titik temu. Calon kepala desa (cakades) nomor urut 05, Mahmud Rudiyanto, menggugat panitia pilkades karena dianggap curang. Panitia diminta untuk melakukan penghitungan ulang khusus surat suara yang dianggap rusak.

Advertisement

Ada sebanyak 568 surat suara yang dianggap tidak sah karena alasan coblos tembus. Atas permintaan itu, panitia bergeming dan tidak menuruti permintaan massa pendukung cakades Mahmud.

Berlarut-larutnya permasalahan ini pun diikuti dengan permasalahan sosial di lingkungan masyarakat desa setempat. Masyarakat pun terbelah menjadi dua bagian, pendukung cakades 01 dan cakades 05. Mereka saling bersitegang.

Advertisement

Berlarut-larutnya permasalahan ini pun diikuti dengan permasalahan sosial di lingkungan masyarakat desa setempat. Masyarakat pun terbelah menjadi dua bagian, pendukung cakades 01 dan cakades 05. Mereka saling bersitegang.

Hal itu diungkapkan sejumlah ibu-ibu yang mengikuti aksi unjuk rasa meminta panitia Pilkades Geger untuk menghitung ulang surat suara tidak sah di kantor desa setempat, Senin (18/11/2019).

Mereka mengaku sejak permasalahan ini mencuat terjadi ketegangan antarpendukung calon.

Advertisement

Aning Sri Lestari, salah satu warga pendukung cakades 01, mengatakan kondisi ketegangan antar pendukung cakades memang terjadi di desanya setelah permasalahan ini mencuat. Kondisi perpolitikan desa masih panas, meski pilkades sudah rampung bulan lalu.

"Saya ikut aksi ini hanya untuk meminta keadilan. Kami merasa dicurangi. Ada 500 surat suara yang dianggap tidak sah. Padahal satu suara itu sangat berarti," jelas dia.

Dia berharap konflik ini segera berakhir dan membuat kehidupan sosial di masyarakat kembali seperti sedia kala. Menurutnya, saat ini ketegangan sosial terus terjadi dan membuat kehidupan warga tidak nyaman.

Advertisement

"Sebenarnya kalau sudah selesai, kami akan mendukung calon kades siapa pun yang terpilih. Kami tidak mau hanya karena pilkades membuat kehidupan masyarakat rusak," ujar dia.

Pendukung calon 05 yang ikut aksi lainnya menyebutkan bahwa ketegangan juga telah membuat sejumlah orang enggan saling bersalaman saat bertemu dalam satu kegiatan. "Kemarin itu ada yang tidak mau bersalaman, ya gara-gara pilkades ini," kata wanita yang enggan disebut namanya.

Cakades Mahmud menyampaikan ada seratusan warga yang mengikuti aksi demo ini. Warga meminta konflik ini segera diakhiri dengan penghitungan surat suara yang dianggap rusak.

Advertisement

Mahmud mengakui kondisi sosial di desanya tidak sehangat dahulu. "Kalau dulu warga ngobrol di warung itu enak. Tapi setelah ada konflik ini menjadi tidak nyaman. Kalau ada pendukungnya ini akan bubar. Kami minta supaya segera terselesaikan dan keadaan kembali normal," jelasnya.

Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif