by Yoga Adhitama - Espos.id Jatim - Senin, 25 Desember 2023 - 22:25 WIB
Esposin, NGAWI -- Seorang perajin kayu di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berhasil menyulap limbah kayu jati menjadi kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi. Bahkan kursi dari limbah kayu jati tersebut mampu menembus pasar Internasional.
Perajin itu bernama Suwardi, warga Desa Sidowayah, Kecamatan Kedunggalar. Ia berhasil menyulap limbah kayu jati menjadi kerajinan kursi anak-anak yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Suwardi memulai usaha tersebut pada 1998 silam. Saat itu, Suwardi hanya bermodal seadanya dan terkesan nekad.
Proses memang tidak mengkhianati hasil. Saat ini usaha yang dirintis Suwardi pun berkembang pesat. Produknya bahkan sudah dijual hingga ke pasar manca negara.
Suwardi mempunyai 10 orang karyawan untuk membantu memenuhi permintaan kursi anak-anak dengan kualitas ekspor. Setiap harinya, Suwardi mampu memproduksi lebih dari 20 kursi sesuai permintaan.
Suwardi mempunyai 10 orang karyawan untuk membantu memenuhi permintaan kursi anak-anak dengan kualitas ekspor. Setiap harinya, Suwardi mampu memproduksi lebih dari 20 kursi sesuai permintaan.
Suwardi mengatakan, awalnya ia hanya menjual kursi anak-anak hasil tengannya tersebut ke jalan-jalan pasar. Hingga pada suatu ketika ada seorang pejabat yang suka dan memberikan peluang untuk mengikuti pameran furnitur di Jakarta.
“Awalnya saya hanya berjualan kursi di jalanan pasar, ternyata ada salah satu pejabat yang suka dengan kursi saya. Lantas difasilitasi untuk mengikuti pameran di Jakarta,” kata Suwardi, Senin (23/12/2023).
Bahkan, tidak hanya pasaran lokal, hasil produksi kursi dari limbah jati itu mampu menembus pasaran luar negeri, seperti Taiwan, Malaysia, Jepang, Prancis, hingga Swedia. Untuk satu kursi anak-anak tersebut dijual seharga Rp130.000 hingga Rp140.000, tergantung kerumitan memproduksi kursi itu sendiri.
“Setelah mengikuti pameran itu, kursi saya semakin diminati. Bahkan permintaan hingga luar negeri,” ujarnya.
Usaha produksi kursi anak dari limbah jati milik Suwardi tidak selamanya mulus. Ketika pandemi Covid-19 melanda, permintaan dari luar negeri juga ikut berkurang. Ditambah pada saat itu biaya pengiriman juga ikut mahal.
“Meski sempat terguncang akibat Covid-19, namun saya masih bisa kirim ke sejumlah negara. Dan alhamdulilah sampai sekarang masih banyak peminat dari berbagai negara,” tandasnya.