Esposin, SEMARANG - Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) menyebut Jawa Tengah (Jateng) menjadi provinsi dengan jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK tertinggi sepanjang Januari-Agustus 2024.
Berdasarkan data Kemenaker, yang dilansir Espos.id dari Bisnis.com, Senin (2/9/2024), sepanjang Januari-Agustus 2024, terdapat 46.240 pekerja di seluruh Indonesia yang mengalami PHK. Dari angka sebanyak itu, mayoritas atau pekerja yang paling banyak terkena PHK berada di Jateng.
Promosi Beri Kontribusi Nyata, BRI Peduli Adakan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Indah Anggoro Putri, seusia mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2/9/2024). Dalam kesempatan itu, Putri mengungkapkan bahwa Jateng menjadi provinsi dengan jumlah PHK terbanyak, diikuti DKI Jakarta dan Banten.
"Jawa Tengah mencatat jumlah PHK tertinggi, disusul oleh DKI Jakarta dan Banten," ujarnya Putri, dikutip dari Bisnis.com.
Meski demikian, Putri tidak menyebutkan secara spesifik jumlah pekerja yang terkena PHK di Jateng. Ia hanya menyebut jika PHK di Jateng didominasi sektor industri pengolahan, seperti tekstil, garmen, dan alas kaki. Sedangkan PHK di Jakarta didominasi sektor jasa.
Menanggapi hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) melalui Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng, Ahmad Azis, enggan berkomentar panjang lebar. Meski demikian, ia mengeklaim jika jumlah PHK di Jateng sepanjang 2024 bukanlah yang tertinggi secara nasional dan masih berada di bawah DKI Jakarta.
"Berdasarkan data dari Januari sampai Agustus, jumlah PHK [Jateng] 6.844 orang dan dirumahkan 2.289 orang," klaim Aziz saat dimintai keterangan Espos.id, Rabu (4/9/2024).
Data Berbeda
Kendati melempar data berbeda, Disnakertrans Jateng masih irit bicara saat ditanya mengenai kondisi riil iklim industri maupun pekerja di Jawa Tengah. Sebab, pihaknya baru akan melakukan pertemuan dengan anggota DPR RI dan Asosiasi Pertekstilan ada Kamis (5/9/2024), untuk membahas gelombang PHK tersebut.“Besok kita jelaskan setelah pertemuan, karena informasi ini sama seperti sebelumnya. Seperti saat SAI Apparel dikabarkan ada 8.000 orang yang terkena PHK, tapi ternyata hanya 1.450-an, dan itu sudah clear, sudah ada pesangon," ujar Aziz.
Sementara itu, Sekretaris Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Jateng, Aulia Hakim, mengaku prihatin dengan fakta bahwa Jateng menjadi daerah dengan jumlah pekerja terkena PHK tertinggi di Indonesia. Padahal, lanjut Aulia, Jateng selama ini dikenal sebagai provinsi dengan upah pekerja atau UMR termurah di Indonesia, yakni Rp2.036.947 per bulan.
UMR atau upah murah itupun seringkali digunakan pemerintah setempat sebagai daya tarik bagi investasi di Jateng. Namun kenyataannya, upah murah sebagai solusi mengatasi PHK itu hanyalah mitos.
“Di Jawa Tengah, yang dikenal dengan tingkat upah rendah, justru angka PHK tertinggi tercatat, terutama di sektor manufaktur, tekstil, dan industri pengolahan. Padahal selama bertahun-tahun, pemerintah dan pengusaha mempromosikan kebijakan upah murah sebagai strategi untuk menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja,” kata Aulia.