Esposin, BANTUL – Kondisi miris dialami SMP 2 Veteran Bantul pada tahun ajaran 2024/2025 yang hanya mendapatkan satu orang siswa saja. Minimnya murid yang mendaftar karena sekolah tersebut dikepung sembilan sekolah lain.
Kepala SMP 2 Veteran Bantul, Oktiana Purnomo Wahyu Hidayat, mengatakan sekolahnya hanya mendapatkan satu siswa saja merupakan imbas dari keberadaan sembilan SMP negeri dan swasta lain di Kapanewon Bambanglipuro.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Dia menuturkan hal itu karena ada penambahan rombongan belajar di sekolah negeri beberapa waktu lalu. Selain itu, menurutnya, ada tren di tengah masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis keagamaan.
Purnomo menuturkan sejak 2019, jumlah siswa yang mendaftar ke sekolah tersebut terbilang sedikit. Siswa baru yang mendaftar ke sana ada sekitar 2 orang per tahun, sementara di tahun ini ada satu orang siswa yang mendaftar.
“Di sini banyak siswa pindahan, sehingga ketika di akhir [kelas IX] akan bertambah,” katanya, Rabu (17/7/2024).
Minimnya jumlah siswa, kata dia, membuat sekolah mengalami kesulitan untuk membayar gaji guru dan operasional sekolah. Hal itu lantaran sekolah tersebut mengandalkan sumber pembiayaan dari Dana Bantuan Operasional Sekolah Nasional (Bosnas) dan Bantuan Operasional Sekolah Daerah (Bosda).
“Jumlah siswa yang sedikit itu menjadikan sumber pendanaan sedikit, kita pendanaan tergantung dari Bosnas dan Bosda, itu dikali jumlah siswa, kalau siswa sedikit kita dapat [dana] BOS juga sedikit,” katanya.
Dana Bosnas dan Bosda diberikan kepada setiap sekolah sesuai jumlah siswa yang ada. Bagi sekolah yang muridnya terbatas, maka anggaran Bosnas dan Bosda yang dikucurkan pun sedikit.
Menurutnya, siswa yang mendaftar di sekolahnya masih minim, sehingga pihak sekolah tidak membebankan uang bulanan kepada para murid. Murid baru hanya diminta membayar uang pangkal.
“Uang pangkal tergantung kemampuan siswa. Kebanyakan siswa pindahan, sebagai patokan mereka mengganti [dana] BOS saja sekitar Rp1,1 per tahun dan biaya ujian,” katanya.
Dia menyampaikan ada lima orang guru tetap yang digaji dari dana Bosnas dan Bosda. Selain itu, ada insentif bagi para guru dan karyawan yang diberikan setiap tiga bulan sekali sesuai dengan golongannya dengan kisaran antara Rp250.000 hingga Rp650.000.
Sementara itu, Kepala Disdikpora Bantul, Nugroho Eko Setyanto, menyampaikan pihaknya akan mengevaluasi penyebab sekolah tersebut hanya mendapat satu murid di tahun ini. Meskipun jumlah siswa yang ada masih terbatas, menurut Nugroho pihaknya berupaya memberikan gaji yang layak bagi guru dan karyawan.
“Pembiayaan sekolah dapat dari Bosnas dan Bosda. Itu [Bosnas dan Bosda] dihitung dari jumlah siswa yang ada. Ada pula pemberian insentif bagi guru tidak tetap yayasan dan pegawai tetap yayasan. Pembiayaan sudah kami berikan sesuai kemampuan daerah,” katanya.