by Kusnul Isti Qomah Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Jumat, 15 Januari 2016 - 06:40 WIB
Harianregional.com, KULONPROGO-Gerakan Bela-Beli Kulonprogo terus digaungkan selama beberapa tahun terakhir. Masyarakat diajak lebih mencintai produk lokal untuk menghadapi perdagangan bebas di era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA).
Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengatakan, perdagangan bebas akan membuat semakin banyak produk asing yang beredar di Indonesia, termasuk Kulonprogo. Kondisi itu bisa saja mematikan produk lokal. “Teknologi kita sudah tertinggal jauh sehingga cara melawannya adalah dengan ideologi,” ungkap Hasto, saat menerima kunjungan Harian Jogja di rumah dinasnya, Rabu (13/1/2016) petang.
Hasto memaparkan, Bela-Beli Kulonprogo telah diterapkan dalam berbagai kebijakan daerah. Salah satunya mengganti suplai beras miskin (raskin) dengan beras daerah (rasda) demi menggeser produk beras asing yang digunakan Bulog secara bertahap. Pemkab Kulonprogo juga berupaya mengakuisisi toko berjejaring menjadi toko milik rakyat (tomira) yang dikelola koperasi rakyat. “Sudah ada empat Tomira. Tahun ini akan ada enam lagi yang menyusul,” ujar dia.
Beberapa produk lain yang dikembangkan untuk mengembangkan potensi lokal adalah air mineral AirKu buatan PDAM Tirta Binangun dan batik bermotif geblek renteng. Meski demikian, Hasto sepenuhnya sadar jika masih banyak masyarakat yang mengonsumsi produk daerah lain atau bahkan luar negeri. Pemerintah memang belum mampu mengakomodasi semua kebutuhan masyarakat dengan produk lokal. “Minimal kita sudah berusaha untuk mengurangi uang rakyat yang keluar dari Kulonprogo,” katanya.
Pemimpin Redaksi Harian Jogja, Anton Wahyu Prihartono mengatakan, semangat mengangkat potensi lokal dan produk dalam negeri juga menjadi perhatiannya. Misi tersebut salah satunya diterapkan dalam salah satu rubrik halaman Kulonprogo yang bertajuk ‘Blusukan’. Rubrik tersebut berisi tentang potensi alam maupun hasil karya masyarakat Kulonprogo yang layak dilestarikan dan dikembangkan.