Esposin, GUNUNGKIDUL – Sampah plastik yang banyak dibuang di laut berdampak pada hasil tangkapan ikan nelayan di seluruh pantai di Kabupaten Gunungkidul. Bahkan, diperkirakan hasil tangkapan ikan berkurang hingga 80 persen.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Gunungkidul, Rujimanto, mengatakan sampah plastik yang berada di kedalaman 100 meter akan naik ke permukaan apabila arus bawah laut kencang. Sampah yang naik ke permukaan ini akan tersnagkut di jaring nelayan.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
“Ikan-ikan itu tidak nyaman dengan sampah plastik dan mereka tidak akan bertahan lama di lautan Yogyakarta,” kata Rujimanto dihubungi, Minggu (7/7/2024).
Dia mengaku sampah plastik ini dapat memenuhi perahu jungkung nelayan yang memiliki panjang 10 meter (m), lebar 110 centimeter (cm), dengan ketinggian 70 cm. Softex, pampers, hingga sampah kantung plastik dan sachet mengendap di dasar laut atau lumpur. Sampah plastik dalam kondisi terbakar dan tersangkut di jaring akan sangat susah dilepas.
Dia menuturkan ada dua habitat ikan yaitu dasar laut/ lumpur dan karang. Jumlah ikan di lumpur lebih banyak daripada di karang.
“Harapan kami, masyarakat perlu mengurangi penggunaan plastik ketika belanja di warung,” katanya.
Terlepas dari persoalan sampah, Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan jawatannya terus berupaya membantu nelayan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap.
Beberapa upaya yang masih dilakukan DKP antara lain fasilitasi pengajuan bantuan hibah armada kapal/perahu dan alat tangkap serta rumpon/rumah ikan baik melalui DKP DIY maupun juga Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Selain itu, DKP juga untuk meningkatkan kompetensi dan keselamatan pelayaran. Penyelenggaraan bimbingan teknis dilakukan bekerja sama dengan DKP DIY maupun KKP.
Adapun total produksi perikanan tangkap pada 2023 mencapai 4.166 ton dengan nilai produksi Rp81.700.429.000 dan biaya operasional melaut mencapai Rp7.173.200.000.
Jumlah produksi tersebut didapat dari tujuh tempat pelelangan ikan (TPI) yang aktif mulai dari Sadeng, Siung, Ngandong, Drini, Baron, Ngrenehan, dan Gesing. Mayoritas jenis ikan yang ditangkap antara lain Cakalang, Layur, Tongkol dan Tuna.