Esposin, SALATIGA – Memiliki wilayah yang cukup kecil, Penjabat Wali Kota Salatiga, Yasip Khasani, menginginkan pola penanggulangan stunting di Salatiga diubah.
Menurutnya, untuk menekan angka stunting harus dipastikan persentase pengukuran setiap kecamatan dan kelurahan minimal 95% dari populasi balita selama masa pelaporan.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Oleh karena itu, Yasip mendesak pihak kecamatan menginstruksikan kelurahan untuk melakukan pendataan balita yang ada, dibandingkan dengan data balita yang tercatat di kartu keluarga.
“Tolong kecamatan, instruksikan kelurahan untuk melakukan pendataan balita yang ada dibandingkan dengan yang tercatat di kartu keluarga masing-masing. Bisa jadi, status mereka penduduk Salatiga tapi sehari-harinya mereka di Jakarta,” tegas Yasip, pada kegiatan Pembinaan OPD di Ruang Kaloka Gedung Setda Salatiga, Selasa (30/7/2024).
Yasip berharap pihak kelurahan melibatkan ibu-ibu kader atau dasawisma di tempat masing-masing untuk memastikan jumlah balita sebenarnya. Angka yang sebenarnya (eksisting) itu kemudian dicocokkan dengan data yang tercatat di Pemkot Salatiga.
Angka balita yang eksisting ini harus 100 % sudah diukur, baik melalui Posyandu maupun lewat kader yang melakukan pengukuran secara mandiri ke setiap rumah. Yasip sangat tidak menyarankan, DKK melakukan sampling sebagaimana yang dilakukan di Kabupaten Semarang atau Boyolali.
“Kita harus sadar diri bahwa kota kita itu luasannya cuma 1/4 dari kabupaten. Sehingga, kalau kita pakai sampling dengan angka sampling yang sama dengan kabupaten, menggelikan gitu. Luasnya Salatiga juga cuma 54 km persegi dan jumlah penduduknya cuma 200.000 jiwa. Bandingkan dengan jumlah penduduk di kabupaten yang sudah mencapai angka 1 juta. Jadi, mulai sekarang tidak pakai sampling, langsung populasi saja,” tandas Yasip.
Selain memastikan persentase pengukuran di kecamatan maupun kelurahan, upaya memerangi stunting juga dilakukan dengan meningkatkan jumlah intervensi dalam upaya sensitif dan spesifik dengan mencantumkan realisasi capaian output.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan, kata Yasip adalah melakukan pemeriksaan dan memberikan diagnosa penyebab stunting. Dalam hal ini harus melibatkan tenaga medis dan ahli gizi untuk mengetahui penyebab stunting sehingga penanganan masing-masing balita akan berbeda.
Stunting menjadi salah satu dari 10 indikator evaluasi pelaksanaan kinerja triwulan ke-3 Pj. Wali Kota Salatiga yang akan dipaparkan ke Mendagri, September mendatang. Isi paparan adalah menunjukkan perbaikan dari kondisi triwulan ke-2 ke kondisi triwulan ke-3.
Indikator lainnya terkait dengan inflasi, kemiskinan ekstrem, pengangguran, BUMD, penyerapan anggaran, kesehatan, pelayanan publik, perizinan dan kegiatan unggulan di Pemerintah Kota Salatiga.