Esposin, SEMARANG – Sepanjang 2024, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan atau Balai BPOM di Semarang, telah melakukan sosialisasi pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) kepada 919 sekolah mulai tingkat SD-SMA di Jawa Tengah (Jateng).
Adapun dari ratusan sekolah itu, sebanyak 131 di antaranya telah mendapat sertifikat sekolah dengan PJAS aman.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Kepala Balai BPOM Semarang, Lintang Purba Jaya, mengatakan PJAS mempunyai peranan penting dalam pemenuhan asupan energi dan gizi anak sekolah.
Oleh karena itu, program pengawasan PJAS bertujuan untuk memperoleh pangan aman melalui pembinaan produsen, penjaja serta konsumen.
“Di hari Festival Anak Nasional ini, salah satu temanya sesuai dengan kita, pangan jajanan sekolah aman untuk anak Indonesia. Maka kita adakan kegiatan selebrasi PJAS untuk mengedukasi bahwa jajan anak Indonesia itu penting untuk tumbuh kembang anak di sekolah,” kata Lintang usai acara PJAS di halaman kantor Balai BPOM di Semarang, Senin (5/8/2024).
Adapun dalam program PJAS ini, terang Lintang, sepanjang 2024 sudah ada 131 sekolah memiliki sertifikat pangan jajan sekolah aman.
Tak hanya itu, dari segi pengawasan di lapangan, sekitar 96 persen jajanan anak sekolah aman untuk dikonsumsi.
“Artinya ketercapaian dari 2014 program ini untuk menuju positif tercapai. Kita akan terus dorong jajanan pangan sekokah untuk memiliki sertifikasi,” klaimnya.
Sedangkan dari segi antisipasi, lanjut Lintang, terdapat 393 kader keamanan pangan yang tersebar di sejumlah sekolah di Jateng.
Adapun tugas mereka adalah untuk edukasi sekaligus melakukan pengamanan dan mengendalikan jajanan anak sekolah, khususnya pedagang keliling.
“Kita ambil sampel, lakukan 2 kali uji, Dan selama ini alhamdulillah 96 persen aman [jajanan sekolah]. Kemudian temuan tidak amannya hanya terkait sanitase higienis, berupa cemaran bakteri dalam jumlah kecil dari jajanan, bukan bahan makannya berbahaya atau mengandung racun. Namun tetap saja, tantangan kita, jajanan sekolah selalu berubah-rubah, maka perlu edukasi pedagang, sekolah, guru sampai penjajannya melalui pendamping-pendamping itu,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng, Budi Dayanti, mengatakan jajanan pangan aman diperlukan untuk mendukung anak-anak menjadi generasi sehat. Apalagi, 1/3 penduk Indonwsia mayoritas masih di usia anak.
“Ini [PJAS] luar biasa, karena kita tak boleh abaikan keberadaanya dalam proses penyejahteraan. Salah satunya upayanya mendukung hidup sehat anak. Karena anak-anak ini merupakan generasi penerus, maka harus berkecukupan gizi agar optimal tumbuh kembangnya,” kata Budi.
Sekadar untuk diketahui, dalam acara Festival Anak Nasional ini, Balai BPOM di Semarang turut mengundang 48 sekolah dari tujuh kabupaten/kota, yakni Klaten, Salatiga, Demak, Magelang, Kendal, Temanggung dan Semarang.
Sekolah-sekolah yang diundang itu merupakan sekolah yang telah menerima sertifikat PJAS sejak 2020.
Ajang peringatan Hari Anak Nasional ini juga bertujuan untuk agar sekolah-sekolah yang telah menerika serifikat PJAS tetap konsisten mempertahankannya. Kemudian juga untuk melakukan pengawasan dan edukasi terhadap sekolah lainnya.