Harian Jogja.com, GUNUNGKIDUL—Warga Dusun Gangsalan Lor dan Gangsalan Kidul, Desa Nglindur, Kecamatan Girisubo lebih memilih mengonsumsi beras segreng atau beras merah karena harga yang terjangkau.
Salah satu warga Mulyono menuturkan, segreng yang dikonsumsi rata-rata merupakan hasil tanam para petani sendiri. Umumnya petani menyisakan sebagian hasil panen untuk dikonsumsi sendiri.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
“Ya memang begini keadaannnya. Dari dulu sudah pakai segreng karena nasi enak itu mahal,” papar dia kepada Harian Jogja.com, Sabtu (6/10/2013).
Mulyono menuturkan hampir semua warga di Desa Nglindur juga mengonsumsi beras merah. Ia mengaku sudah terbiasa sehingga bisa menikmati meskipun di beberapa wilayah senggreng umumnya untuk pakan ternak.
“Kalau mau makan nasi yang enak ya jual segreng dulu untuk beli beras,” papar dia
Petani lainnya, Widodo, mengungkapkan harga jual beras segreng berkisar antara Rp4.300 hingga Rp4.400 setiap kilogramnya. Warga terlebih dahulu harus menjual satu karung segreng untuk dibelikan setengah karung beras.
“Satu karung kira-kira berisi 25 kilogram. Hasil penjualannya bisa digunakan untuk membeli setengah karung beras yang harga per karungnya Rp225.000,” tutur dia.
Sugito menuturkan segreng merupakan tanaman pangan yang paling cocok ditanam di daerah Nglindur. Pasalnya Desa Nglindur merupakan desa yang selalu kekurangan air ketika musim kemarau. Selain masalah air, padi segreng juga lebih tahan terhadap serangan hama padi.
“Tanaman padi itu kan butuh air yang sangat banyak sedangkan daerah kami sangat sulit air. Tidak ada sumber air juga jadi ya mau bagaimana lagi,” papar dia.