Harianjogja.com, JOGJA-Sebanyak 50 pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) se-Provinsi Riau belajar membatik di Manggar Natural di Umbulharjo, Jogja, selama dua hari, Rabu-Kamis (5-7/9/2016). Selain membatik mereka juga bejalar cara pengemasan kerajinan tas dan rotan supaya menarik pembeli.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Kepala Seksi Kerjasama Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Provinsi Riau, Yusparidar Sepriwati mengtakan 50 UMKM yang ikut merupakan utusan perwakilan UMKM dari 13 kabupaten dan kota di Riau yang sudah tergabung dalam Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Riau.
Yusparidar mengakui kerajinan di Riau belum terlalu terlihat. UMKM batik pun, kata dia, belum tenar. Karena itu pihaknya perlu memacu semangat UMKM untuk maju dan lebih kreatif lagi dalam pengemasan usahanya dengan mengunjungi kota-kota yang kegiatan ekonomi kreatifnya sudah maju.
"Jogja yang dipilih karena kami anggap sudah maju di bidang ekonomi kreatifny," kata dia. Dari sekian banyak pelaku usaha ekonomi kreatif yang maju di Jogja diakui Yusparidar adalah Manggar Natural.
Ia berharap UMKM binaan instansinya bisa belajar banyak soal menenun kain, membatik, dan mengemas kerajinan tas dari Manggar Natural. Setelah dari Manggar Natural, mereka rencananya akan mengunjungi kantor Dekranasda DIY.
Manager Manggar Natural Arif Undono mengatakan Manggar Natural merupakan UMKM yang bergerak dibidang kerajinan batik dan tas dari bahan alam. Sejak 2010 lalu produk Manggar Natura sudah ekspor sampai Jepang dan Spanyol terutama untuk tas dan kerajinan rotan. Bahkan untuk Jepang tiap tahun sudah langganan untuk dikirim 2000an kerajinan rotan.
"Produksi kami hand made murni, mungkin itu yang bikin menarik bagi pembeli," kata Arif.
Selain tas, Manggar Natural juga memproduksi karpet dan dompet dari daun pandan. Hampir tiap tahun Manggar Natural selalu mengeluarkan produk baru dari bahan-bahan alam.
Menurut Arif sebelum UMKM Riau, Manggar Natural juga menerima kunjungan dari Sulawesi Selatan. Ia mengatakan, sebagian besar yang ingin dipelajari adalah soal pengemasan. Banyak kerajinan yang sebetulnya bagus dalam produk, namun kemasannya kurang menarik.