TPA Piyungan Bantul masih menyisakan PR penyelesaian.
Harianjogja.com, BANTUL- Konflik antara petani di Desa Bawuran, Pleret dengan peternak sapi asal Desa Sitimulyo, Piyungan kembali pecah. Pada Kamis (17/12/2015) malam jelang dini hari, sejumlah petani menangkap dan mengikat sapi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang masuk ke lahan pertanian mereka dan memakan tanaman jagung.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Menurut Ketua RT 4 Dusun Sentulrejo, Bawuran, Pleret, Bakir, selama musim hujan ini, para petani warga Dusun Sentulrejo setiap malam ronda berjaga di lahan pertanian mereka jangan sampai dimakan sapi.
"Itu tanaman setahun hanya tanam sekali karena sawah tadah hujan, itu saja dimakan sapi kan sakit hati petani di sini," tuturnya, Jumat (18/12/2015).
Warga kata dia juga kesal dengan aparat kepolisian. Di satu sisi meminta warga agar tidak anarkis dengan menyembelih sapi, tapi di sisi lain tidak memberi solusi atas tanaman-tanaman warga yang punah dimakan sapi.
Kepala Desa Bawuran, Pleret, Harmawan mengatakan, sampai sekarang belum ada solusi atas konflik warga desanya dengan peternak sapi asal Piyungan.
Beberapa kali pertemuan digelar antara petani dan peternak namun belum membuahkan hasil. Salah satu penyebabnya karena hanya sedikit peternak yang hadir di forum, padahal jumlah peternak sapi diperkirakan mencapai ratusan orang.
"Rencananya Senin [21/12/2015] atau Selasa [22/12/2015] ini akan ada pertemuan lagi menyikapi masalah ini," kata Harmawan
Penangkapan dan penyanderaan sapi pemakan sampah di TPA Piyungan yang merusak tanaman warga bukan kali pertama terjadi. Rabu (16/12/2015) lalu, ratusan warga Desa Bawuran dan Wonolelo, Pleret menangkap dan menyandera satu ekor sapi yang memakan tanaman warga.
Sebelum itu, warga pernah menyembelih satu ekor sapi liar tersebut lantaran marah pada pemilik ternak yang tidak mengamankan sapinya. Kasus pembunuhan sapi itu berujung ke kepolisian sampai sekarang.