Esposin, SEMARANG – Rumah Sakit Umum Pusat atau RSUP Dr. Kariadi Semarang mencatat ada 10 pasien anak cuci darah tiap bulannya.
Adapun seluruh anak tersebut berasal dari sejumlah daerah di provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng, terdapat empat RS besar atau tipe A, yakni RSUD Margono di Purwokerto, RSUP dr Kariadi Semarang, RSUD dr Moewardi Solo, dan RSUP Soeradji Tirtonegoro di Klaten.
Setidaknya dalam satu bulan, keempat RS tersebut bisa menangani 10-14 pasien anak cuci darah.
Kendati demikian, Dinkes Jateng menyatakan fenomena yang terjadi di wilayahnya sama seperti yang terjadi di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Yakni, tak ada kenaikan kasus cuci darah bagi anak, melainkan tren peningkatan pelayanan karena adanya rujukan pasien dari luar daerah.
Koordinator Humas RSUP Dr. Kariadi Semarang, Vivi Vira Viridianti, membenarkan bila pelayanan kesehatannya melakukan penanganan cuci darah kepada 10-14 anak tiap bulannya.
Namun, pasien yang ditangani di rumah sakitnya berasal dari Jateng atau tak ada yang rujukan dari luar provinsi.
“Di kami 10 [pasien anak cuci darah] dan berasal dari Jateng semua,” ujar Vivi kepada Esposin, Kamis (1/8/2024).
Meski membenarkan, Vivi enggan menyebutkan 10 anak cuci darah tersebut mayoritas berasal dari daerah mana.
Termasuk, penyebab dari puluhan anak itu bisa melakukan cuci darah tiap bulannya. “Ini sudah ranah medis. Saya enggak berwenang [menyampaikan],” katanya.
Diberitakan sebelumnya, tindakan cuci darah bagi anak yang terus meningkat menjadi fenomena bagi dunia kesehatan saat ini, tak terkecuali di Jateng.
Setidaknya, ada puluhan anak yang melakukan cuci darah di empat rumah sakit (RS) tipe A di Jateng setiap bulannya.
“Penyebabnya bisa beragam. Mungkin karena bawaan, akibat pengobatan yang membuat fungsi ginjal menurun, konsumsi minuman manis, dan lain sebagainya. Tapi untuk minuman manis memang perlu waktu cukup lama untuk mengakibatkan komplikasi gagal ginjal. Makanya perlu kajian mendalam,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinkes Jateng, Elhamangto Zuhdan.