regional
Langganan

Terkena Lemparan Kayu Berpaku dari Ustaz, Santri Ponpes di Blitar Meninggal

by Newswire  - Espos.id Jatim  -  Jumat, 27 September 2024 - 19:47 WIB

ESPOS.ID - Kepala Seksi Bagian Humas Polres Blitar Kota Iptu Samsul Anwar. (ANTARA/HO-Polisi)

Esposin, BLITAR – Seorang santri di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, meninggal dunia setelah dilempar kayu yang terdapat paku oleh ustaznya. Terkait kasus ini, pihak kepolisian kini menyelidikinya.

Kepala Seksi Bagian Humas Polres Blitar Kota, Iptu Samsul Anwar, mengatakan korban berinisial KAF, 13, santri di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Blitar. Kasus tersebut terjadi saat seorang ustaz melempar kayu yang terdapat paku hingga mengenai kepala korban.

Advertisement

"Pelemparan kayu terhadap santri dilakukan oleh ustaz-nya, guru mengaji di salah satu pondok di Kecamatan Ponggok. Kami sudah menindaklanjuti kejadian tersebut," katanya di Blitar, Jumat (27/9/2024).

Peristiwa nahas itu terjadi, kata dia, saat salat Subuh biasanya santri olahraga seperti bermain badminton hingga bola voli. Waktu itu, santri sudah diingatkan untuk segera mandi karena ada jam kunjungan dari orang tua sekaligus persiapan salat Dhuha.

Advertisement

Saat itu, yakni Minggu (15/9/2024) santri lain sudah bersiap mandi, namun ada salah seorang santri yang masih bandel dan tidak segera menyudahi permainan. Ustaz yang mengetahui hal tersebut kemudian melemparkan kayu ke arah santri yang bandel tersebut. Saat bersamaan korban lewat dan mengenai korban.

"Ustaz tersebut mengambil kayu dan dilemparkan ke santri tersebut. Kebetulan korban lewat dan mengenai kepala. Bagian belakang kayu tersebut ada pakunya. Saat paku dicabut korban tidak sadar," ungkapnya.

Advertisement

Samsul menambahkan, korban juga langsung dibawa ke rumah sakit di Kabupaten Blitar untuk mendapatkan pertolongan. Namun karena lukanya yang serius akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten Kediri (RSKK).

"Di RSKK mau dilakukan operasi tidak berani karena kepala mengalami pendarahan. Jika operasi pun kecil sekali untuk berhasil. Rumah sakit tidak berani mengambil risiko untuk operasi " tuturnya yang dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan sudah meminta keterangan sejumlah pihak termasuk dari santri, ustaz bersangkutan, pengasuh pondok pesantren, hingga meminta informasi hasil pemeriksaan kesehatan korban dari rumah sakit.

Namun, untuk keluarga korban hingga kini masih belum ada laporan aduan yang masuk.

Dirinya menjelaskan, selama ini remaja tersebut tinggal bersama dengan neneknya, sedangkan kedua orang tua-nya bekerja di luar negeri.

"Kami sudah berupaya memanggil keluarga korban. Selama ini korban hanya dengan neneknya, orangtua di luar negeri. Anggota sudah berupaya memanggil tapi belum hadir dari undangan yang dikirimkan tersebut," ucap dia.

Hingga kini, polisi belum bisa memproses perkara tersebut lebih lanjut dan masih menunggu kabar dari keluarga korban.

Advertisement
Abdul Jalil - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif