Harianjogja.com, BANTUL—Rumah Ngadimin, 50, yang terletak di Pedukuhan Duwet Gentong, Dusun Watu Wayang, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan Bantul terdesak tanah dari bukit yang terletak tepat di sisi selatan rumahnya.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Akibat guyuran hujan, bukit setinggi sekitar 100 meter tersebut retak dan material tanahnya mulai mendesak dapur rumah Ngadimin.
Akibatnya ia pun harus mengungsi dan rumahnya dibongkar, bahkan listrik ke rumah ayah dua anak ini pun diputus. Keluarga Ngadimin untuk sementara akan tinggal di rumah mertua yang berada sekitar dua kilometer dari tempat tinggalnya.
Ia menuturkan retakan bukit tersebut tidak hanya berpengaruh pada material tanah yang makin bergerak mendekati rumahnya. Retakan juga mulai menjadi aliran air yang awalnya hanya kecil.
Aliran air ini kemudian membesar dan membuatnya was-was karena dikhawatirkan akan memicu longsor. “Kalau airnya masuk ke retakan, bisa longsor,” kata Ngadimin, Rabu (24/1/2018).
Terkait langkah selanjutnya, ia mengaku belum dapat memutuskan. Pasalnya sejak mengungsi dari rumah yang sudah ditinggali sejak 35 tahun silam, ia masih sibuk dengan pembongkaran rumahnya yang dilakukan secara bertahap. “Yang penting aman dulu, anak saya yang masih SD biar bisa sekolah,” tuturnya.
Sementara itu Ngadinem, 60, mengaku pertama kali tinggal di tempat tersebut beberapa bulan pasca gempa bumi tahun 2006 lalu. Dia dan putranya mendapatkan rumah bantuan bagi korban gempa berukuran 3x6 meter.
“Saya beranikan diri hutang untuk membangun rumah. Tapi hutang belum lunas rumahnya harus saya tinggal,” ungkapnya sambil menunjuk rumah beratap asbes dan berdinding batako tersebut.