Esposin, SEMARANG – Seorang sopir Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang bernama Jumadi ditemukan meninggal dunia saat sedang beristirahat di Terminal Mangkang, Kota Semarang, Jawa Tengah. Penyebab kematian sang sopir masih dalam penyelidikan kepolisian.
Kapolsek Tugu, Kompol Fajar Widiyanto, membenarkan peristiwa sopir BRT meninggal dunia di Terminal Mangkang. Jenazah korban sudah dievakuasi oleh tim medis dan kepolisian setempat.
Promosi Intip Upaya BRI Memberdayakan UMKM di Balik Kesuksesan MotoGP Mandalika 2024
“Maaf [penyebab meninggalnya] sopir bus BRT Semarang masih dalam proses penyelidikan,” ucap Kompol Fajar Widiyanto saat dikonfirmasi Espos, Minggu (6/10/2024).
Salah satu penjual warung nasi di Terminal Mangkang, Poniyem, 64, mengaku sempat melihat Jumadi berjalan dari tempat pemberhentian bus menuju warung makan Pak Gondrong. Namun dia tidak mengetahui persis sewaktu Jumadi tiba-tiba jatuh tersungkur.
“Saya sempat lihat almarhum jalan biasa mau ke warung Pak Gondrong di sana. Terus saya dengar suara orang jatuh. Tapi saya nggak tahu Pak Jumadi kejedot kursi atau meja, soalnya ada luka di bibir dan dahi. Jatuhnya tengkurep,” ucap Poniyem.
Saat mengetahui Jumadi tiba-tiba jatuh dan tak sadarkan diri, warga setempat berinisiatif menghubungi pihak kepolisian, tim medis hingga menjemput istrinya. Kebetulan rumah Jumadi di sekitar Terminal Mangkang.
“Kata istrinya tadi sempat bilang Pak Jumadi sempat diperiksa ke puskesmas katanya punya penyakit vertigo. Tadi jenazah sudah dibawa mobil ambulance sebelum magrib,” terangnya.
Sementara itu, Edi Siswanto yang merupakan teman dekat almarhum mengaku terkejut mendapat kabar meninggalnya Jumadi secara mendadak. Padahal sewaktu pagi, dirinya masih di samping Jumadi untuk apel pagi.
“Saya mengiranya mungkin pingsan karena kepanasan atau kelelahan. Jadi setiap kali saya berhenti di halte, saya tanya petugas tiket untuk update kondisi Pak Jumadi,” ungkapnya.
Edi kemudian sangat terpukul ketika mengetahui teman dekatnya itu meninggal dunia. Selama mengenal almarhum, Jumadi merupakan sosok pekerja keras bahkan jarang sekali izin karena sakit.
“Pak Jum jadinya nggak ada [meninggal dunia]. Aduh, hilang lagi temanku. Sudah ada tiga teman [sesama sopir BRT] saya yang meninggal dunia,” tukasnya.