Esposin, SEMARANG – Beragam suku dan ras yang mendiami bumi nusantara ini memiliki keunikan tersendiri mengenai tradisi perayaan bulan Syawal.
Salah satunya adalah Sesaji Rewanda, pesta untuk para kera yang dilaksanakan tiap tanggal 3 Syawal oleh warga kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati, Semarang.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Tahun ini, tradisi tersebut digelar pada Sabtu (21/5/2022), prosesi perayaan diawali dengan kirap atau arak-arakan menuju Goa Kreo.
Uniknya, tradisi ini tak hanya diikuti oleh manusia saja, namun para kera ekor panjang turut ikut serta didalamnya.
Baca Juga: Tiga Kerajaan Monyet Invasi Gunungkidul
Saat arak-arakan itu, masyarakat mengarak bermacam-macam gunungan, mulai dari buah-buahan, sayur-sayuran, ketupat hingga nasi.
Bahkan, terdapat replika kayu jati yang menggambarkan perjalanan Sunan Kalijaga saat membawanya menuju ke Masjid Demak.
Setelah tiba di kawasan Goa Kreo, prosesi upacara dimulai dengan lantunan doa kepada tuhan secara bersama-sama yang dipimpin oleh sejumlah tokoh adat.
Seusai memanjatkan doa, masyarakat yang menyaksikan prosesi tersebut langsung berebut gunungan yang ada.
Baca Juga: Bukan Hewan Dilindungi, Kera Ekor Panjang Boleh Diburu
Tak ketinggalan, para kera turut turun untuk berebut buah-buahan dan sayuran yang telah disajikan. Saat itulah pemandangan warga dan kera melebur menjadi satu menikmati gunungan bersama-sama.
“Acara menarik dan sangat ditungu warga adalah usai doa, penonton dan pengunjung berebut sego kethek (nasi kera), para kera ekor panjang berebut buah-buahan. Sego kethek itu, diyakini memiliki keberkahan,” kata Pemangku Budaya, Hariadi Dwi Prasetyo, Sabtu (21/5/2022).
Mengenai makna Sesaji Rewanda, Hariadi menjelaskan berasal dari kata sesaji yang berarti memberi dan rewanda yang berarti kera.
Baca Juga: Kera Liar Mendadak Serang Warga Sragen, 1 Orang Dilarikan ke RS
Sehingga, Sesaji Rewanda dimaksudkan untuk memberi makanan kepada sekawanan kera ekor panjang.
“Bisa juga diartikan sebagai bentuk rasa syukur atas keindahan alam semesta. Jadi, tradisi ini (Sesaji Rewanda), gunungan yang didoakan, kemudian sego kethek yang dinikmati masyarakat, buah-buahan kepada sekelompok kera, sebagai bentuk kebersamaan hidup bersama, untuk saling menjaga,” jelas dia.
Tak hanya sampai di situ, Sesaji Rewanda juga bertujuan untuk menjaga harmoni alam dan kebudayaan masyarakat sekitar. Yakni mempertahankan adat tradisi budaya yang sudah ada sejak UPTD Goa Kreo ada.
Baca Juga: Bukan Hewan Dilindungi, Kera Ekor Panjang Boleh Diburu
“Jadi sampai saat ini masyarakat masih melaksanakan adat tradisi perhelatan Sesaji Rewanda ini. Maknanya ada dua kata kunci, alam dan harmoni budaya. Bertujuan untuk melestarikan alam agar bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Seperti sekarang menjadi tempat wisata dan membangkitkan perekonomian warga sekitar,” tutup dia.