Esposin, SEMARANG -- Ratusan siswa Kelompok Bermain (KB), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan Taman Kanak-Kanak (TK) Gugus Kartini, Banyubiru, Kabupaten Semarang mengikuti Ecoprint Batik Festival.
Acara yang digelar untuk memperingati Hari Batik Nasional itu melibatkan 365 siswa dari delapan lembaga. Ketua Gugus Kartini, Aris Eko Nur Wati, mengaku pihaknya melakukan kegiatan ini sebagai bentuk pengenalan batik kepada anak sejak dini.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Teknik batik menggunakan ecoprint karena dinilai paling cocok untuk perkembangan anak-anak, yakni dengan teknik pukulan. “Anak-anak usai 2,5 sampai 5 tahun mampu melakukannya. Kegiatan ini membuat anak-anak suka dan bahagia,” kata Aris Rabu (5/10/2022).
Kegiatan ini, lanjutnya, juga diharapkan bisa melihat pencapaian perkembangan anak. Salah satunya perkembangan otak motorik halus maupun kasar pada anak. “Kami bisa melihat pencapaian kemampuan stimulus anak lewat kegiatan ecoprint ini,” ungkap dia.
Koorwilcam Bidang Pendidikan Ambarawa, Sutejo, mengatakan makna hari batik adalah menanamkan rasa cinta terhadap batik yang sudah diakui sebagai kekayaan budaya Indonesia.
Baca Juga : Cerita Perajin Batik Gemawang Semarang Awalnya Coba-Coba, Kini Punya 100 Motif
Oleh karena itu, menurutnya kecintaan terhadap batik harus ditanamkan sejak dini. Salah satunya melalui kegiatan batik ecoprint.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi salah satu penerapan kurikulum merdeka. “Ada yang namanya profil kurikulum pelajar Pancasila. Salah satunya ada tema-tema. Ini salah satu wujud dari penerepan itu,” tutur dia.
Harapannya kegiatan ini membuat anak-anak menjadi lebih peduli dengan batik sebagai budaya bangsa. “Menanamkan sejak dini itu perlu dilakukan. Daripada nanti sudah gede batik budaya Indonesia hilang.”
Baca Juga : Asyiknya Belajar Membatik Lewat Tarian di Lereng Merapi Boyolali