ESPOS.ID - Ganjar Pranowo (JIBI/Harian Jogja/Dok.)
Kanalsemarang.com, SEMARANG-Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menantang Persatuan Wartawan Indonesia Jateng segera membuka kelas pelatihan dalam program Sekolah Jurnalistik Indonesia (SJI).
"SJI ini beban moral bagi saya. Oleh karena itu PWI Jateng harus segera memulainya. Tidak perlu dalam bentuk sekolah, cukup dimulai dengan semacam kursus," katanya ketika menerima pengurus baru PWI Jateng di Semarang, Selasa (8/9/2015).
Pada peringatan Hari Pers Nasional di Batam, 9 Februari 2015, PWI dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sudah meneken nota kesepahaman rencana pembangunan SJI yang didirikan di Kota Semarang.
Akan tetapi, Ganjar menilai untuk mendirikan SJI dalam waktu dekat terlalu berat. Oleh karena itu harus diawali dengan membuka kelas kecil dulu.
Ganjar memberi contoh Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerbitan Yogyakarta (LP3Y) yang dulu memulainya dengan membuka kelas kecil ketika memberi pelatihan jurnalistik. Institusi ini kemudian menjadi terkenal sebagai tempat pelatihan wartawan.
Menurut dia, yang membikin lembaga pelatihan menjadi besar dan membanggakan bagi pesertanya adalah guru-gurunya yang bermutu, bukan karena besarnya sekolah dengan jumlah murid yang banyak.
"Kalau langsung membuka sekolah, itu berat. Dulu LP3Y memulai pelatihan dengan 12 peserta," katanya.
Ia berjanji akan membantu PWI Jateng tanpa wartawan harus kehilangan daya kritisnya kepada Pemerintah Provinsi Jateng.
"Dulu Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin juga membantu LBH (Lembaga Bantuan Hukum), namun LBH sering menghantam kebijakan Ali Sadikin," katanya.
Menurut dia, model kemitraan seperti itu malah memperkuat demokrasi.
Menanggapi tantangan Ganjar Pranowo, Ketua PWI Jateng Amir Mahmud menyatakan kesanggupannya dan berjanji akan merealisasikan pelatihan jurnalistik tersebut paling lambat akhir 2015.
AM, demikian Amir Mahmud biasa disapa, menyampaikan kepada Gubernur Jateng tentang rencana pelantikan pengurus PWI Jateng periode 2015-2020 pada 22 September 2015 di Grahadika Semarang.