Esposin, NGAWI – Pemerintah Kabupaten Ngawi akan menyelenggarakan Ngawi Specta Carnival (NSC) 2024 pada 31 Agustus mendatang. Karnaval ini diselenggarakan dengan tujuan memperkenalkan potensi daerah.
Karnaval ini dikuti oleh sejumlah sekolah dari berbagai jenjang di Kabupaten Ngawi. Namun, kepesertaan pihak sekolah ternyata tidak didukung dengan pendanaan dari lembaga terkait. Sehingga pihak sekolah memungut sumbangan atau iuran kepada siswa untuk mendukung kegiatan tersebut.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Salah satu sekolah yang melakukan pungutan kepada siswa untuk kegiatan karnaval tersebut adalah SMA Negeri 1 Ngawi. Temuan Esposin, sekolah negeri ini memungut iuran senilai Rp150.000 kepada siswanya untuk mendukung kegiatan karnaval tersebut.
Salah satu wali murid SMAN 1 Ngawi berinisial IDS, mengaku keberatan dengan iuran tersebut. Anaknya diwajibkan membayar Rp150.000 untuk mendukung jalannya kepesertaan sekolah dalam karnaval tersebut. Dalam kegiatan itu, anaknya tidak ikut menjadi tim yang tampil dalam karnaval itu.
Seorang ibu yang menjadi tulang punggung keluarga itu mengaku sebagai seorang pekerja pabrik, uang senilai Rp150.000 sangat berarti baginya. Meski keberatan, dia mengaku tidak berani protes. Karana saat protes dan tidak ikut membayar iuran, ia khawatir anaknya di sekolah justru akan menjadi bahan olok-olokan temannya.
“Kalau bayarnya wajib, awalnya Rp180.000 akhirnya disamakan tahun kemarin Rp150.000, karena ada beberapa wali murid yang protes menurut keterangan anak saya,” ungkapnya kepada Esposin, Rabu (21/8/2024).
IDS menambahkan, dirinya juga tidak menerima selebaran surat pemberitahuan sumbangan yang dibubuhi tanda tangan pihak Komite Sekolah. Menurutnya, pemberitahuan pembayaran itu hanya disampaikan lewat pesan singkat yang diteruskan melalui grup WhatsApp wali murid.
“Pengumumannya lewat grup [WhatsApp] wali murid, saya tidak menerima selebaran apapun. Ya hanya pemberitahuan lewat grup untuk bayar sejumlah Rp150.000 untuk kegiatan karnaval,” imbuhnya.
Hal senada juga dikatakan wali murid SMAN 1 Ngawi lainnya, Paimo. Dia mengatakan anaknya didapuk sebagai maskot sekolah untuk kegiatan karnaval tersebut. Selain dibebani untuk sewa kostum karnaval, dia juga dibebani iuran senilai Rp150.000.
"Anak saya jadi maskot SMA 1 untuk karnaval, selain harus biaya untuk sewa kostum, akomodasi untuk berangkat ke Jember untuk fetting baju ke Jember, juga masih bayar iuran wajib [Rp150.000]," kata dia, Rabu (21/8/2024).
Terkait iuran tersebut, pria yang mempunyai usaha angkringan itu hanya bisa mengiyakan. Dia tidak bisa menolak karena anaknya sudah ditunjuk oleh pihak sekolah.
"Lha wong udah ditunjuk, bisa gak bisa sebagai orang tua ya harus mengusahakan mas. Kalau gak ikut takutnya mental anak jadi down dan gak nyaman nanti di sekolah. Entah diolok-olok atau dideskreditkan kita kan juga tidak tahu kondisi di sekolah," imbuhnya.
Sementara itu, seorang siswa SMAN 1 Ngawi berinisial RNR bercerita dirinya juga ditarik iuran Rp150.000 untuk kegiatan karnaval tersebut.
Dia juga menyampaikan dalam kegiatan NSC 2024, pihak sekolah akan mendatangkan kostum karnaval dari Kabupaten Jember. Bukan hanya itu, informasinya pihak sekolah juga menggunakan jasa Event Organizer (EO) dari Madiun.
“Yang maskot kayanya tidak menyewa dari Ngawi mas. Saya dengar-dengar dari Jember. Pakai EO juga kok dari Madiun kalau gak salah itu EO-nya aja itu bayar Rp15 juta,” ungkapnya, Rabu.
Dia menyampaikan maskot karnaval dari SMAN 1 Ngawi diambil dari siswa kelas X hingga kelas XII. Pihak sekolah juga akan menghias mobil karnaval.
Terkait penarikan pungutan tersebut, Kepala SMAN 1 Ngawi, Sunarta, saat dikonfirmasi oleh Esposin melalui pesan singkat membantah informasi mengenai penarikan iuran untuk kegiatan karnaval. Dia menegaskan nominal dalam sumbangan tersebut tidak ditentukan, tetapi disesuaikan dengan kemampuan siswa.
“Kami tidak mewajibkan. Jika pun ada siswa yang kurang mampu dan hanya bayar Rp10.000 pun kami terima. Tapi sumbangan itu tidak hanya untuk siswa, termasuk guru, karyawan, juga ikut menyumbang,” jelas Sunarta kemarin.
Dia menuturkan pihaknya juga mendatangkan pelatih dari luar untuk melatih peserta karnaval dalam menari. Selain itu, kostum karnaval yang akan ditampilkan merupakan kostum kreasi siswa. Bukan hanya itu, pihaknya juga akan menyewa dari pihak luar.
“Tidak diwajibkan, untuk tari dari guru tari yang membina dan melatih dibantu pelatih dari luar. Untuk kostum siswa hasil dari kreasi P5 [Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila] ditambah dari sewa di luar,” kata dia.