Harianjogja.com, JOGJA – Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) 2014 sudah dibuka pekan lalu. Meski sudah berjalan beberapa hari, sejumlah masalah masih terjadi di acara tahunan yang digelar di Alun-alun Utara Jogja tersebut.
Sejumlah pedagang kaki lima (PKL) mengaku harus membayar untuk dapat berjualan di arena Sekaten. Anehnya, bayaran tersebut tidak ditujukan kepada panitia PMPS 2014.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Rusnoharjo, salah seorang PKL kapal othok-othok mengatakan sebelumnya pedagang seperti dirinya tidak perlu pusing jika akan berjualan di Alun-alun Utara pada masa Sekaten tiba.
Mereka bisa memilih tempat berjulan di mana saja dan bisa berpindah tempat bila dirasa dibutuhkan, tanpa membayar. Namun kini, pengusiran terhadap para PKL bukan menjadi hal yang mustahil terjadi.
"Sekarang kalau mau jualan harus bayar, berani berapa. Kalau enggak bayar.....[ia mempraktikkan tangan seperti seseorang sedang mengusir]," ujarnya dijumpai di lokasi Sekaten, akhir pekan lalu.
Uang bayaran tersebut, menurutnya, bukan disetor kepada Pemkot, melainkan kepada pihak lain yang tak berani ia sebutkan. Berdasarkan informasi yang ia dapatkan, rekannya sesama penjual kapal othok-othok, mendapat keharusan membayar Rp200.000 untuk sepetak lokasi berjualan selebar semeter saja. Angka tersebut baru merupakan uang muka. Dan hingga Sekaten usai, total rekannya harus membayar sejumlah Rp500.000.
Rusno yang berjualan kapal sejak 1991 ini cukup heran dengan kebijakan berjualan bagi PKL pada PMPS kali ini. Ia sendiri, pada Sabtu (29/11/2014) mengaku belum membayar sejumlah uang, seperti yang dialami rekannya. Namun telah mempersiapkan diri.
"Kalau gak berani bayar segitu diusir. Kalau saya belum mulai bayar, belum dimintain. Ini aja kalau pedagang yang punya kaveling ada, saya geser dagangan saya dekat sini," ucapnya.