Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL- Tidak semua warga di Pantai Siung dan Pantai Gesing Gunungkidul bisa memiliki genset, sehingga terkadang satu mesin digunakan untuk menerangi tiga hingga empat rumah.
Akibatnya, sejumlah warga harus patungan untuk membeli bensin sebagai bahan bakar genset.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Kardi, salah seorang nelayan di Pantai Gesing menjelaskan, pengoperasian mesin tersebut tidak dilakukan selama 24 jam. Biasanya, mesin genset baru dihidupkan mulai pukul 18.00-06.00 WIB.
“Kalau lebih lama lagi, maka biaya yang dikeluarkan akan lebih besar lagi. Untuk sekali pengoperasian membutuhkan pasokan lima liter bensin,” sebutnya, Minggu (87/12/2014).
Dia menambahkan, penggunaan genset secara bersama-sama, maka untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dicukupi secara bersama pula. Caranya, bensin itu dibeli secara patungan, dan disesuaikan dengan jumlah rumah yang mendapatkan aliran listrik.
“Umumnya di sini satu genset digunakan tiga sampai empat rumah. Jadi, kebutuhan bensin itu akan ditanggung oleh pemilik rumah tersebut,” ungkap dia.
Miyarso, warga Siung lainnya menambahkan, kebutuhan bensin untuk listrik biasanya dibeli bersama-sama dengan kebutuhan bahan bakar untuk melaut. Warga seringkali membeli dari salah seorang pemasok, per liter bensin dihargai Rp9.000.
“Kalau beli sendiri jauh, jadi kami banyak menunggu pasokan bensin dari tengkulak,” katanya.
Miyarso pun berharap supaya jaringan listrik masuk ke Pantai Siung. Sebab, penggunaan genset tidak begitu maksimal untuk mencukupi kebutuhan listrik warga.
“Mudah-mudahan segera ada listrik yang masuk disini. Jadi, kami tidak terus-terus patungan untuk membeli bensin sebagai bahan bakar menghidupkan genset,” ungkap dia.