Esposin, JOGJA -- Penutupan TPST Piyungan berdampak pada menumpuknya sampah di sejumlah jalan di Kota Jogja. Kondisi ini ditakutkan bisa berpengaruh negatif terhadap iklim pariwisata.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Deddy Pranowo, mengatakan persoalan sampah yang ditemukan di beberapa ruas jalan di DIY berdampak pada branding pariwisata DIY.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
“Permasalahan ini harus cepat direspons Pemda, karena sampah di pinggir jalan dan sebagaimana juga mengganggu branding destinasi wisata kita,” katanya, Senin (7/8/2023).
Selama ini menurut Deddy sekitar 480 hotel dan restoran anggota PHRI DIY telah melakukan pengolahan sampah secara mandiri.
“Standar operasional prosedur [SOP]-nya sertifikasi hotel dan restoran salah satunya ada poin pengelolaan sampah, jadi pilah-pilih [sampah], kemudian dengan biopori sudah banyak dilakukan [anggota] PHRI. Saat ini anggota PHRI DIY, sebelum ada darurat sampah sudah memilah-memilih sampah, karena sebelum ada itu dia enggak akan lolos sertifikasinya,” katanya.
Menurut Deddy, pemilahan sampah organik dan anorganik telah dilakukan sebelum kondisi darurat sampah terjadi di DIY. Selama ini sampah anorganik diolah melalui bank sampah yang dikelola warga sekitar, sedangkan sampah organik dikelola melalui biopori.
Melalui pengolahan biopori, sampah organik akan diubah menjadi pupuk. Dengan begitu menurut Deddy, ketika kondisi TPST Piyungan Transisi Tahap I hampir penuh, pengelola hotel tidak mengalami kesulitan dalam mengolah sampahnya.