Esposin, KENDAL — Gentong Putri adalah salah satu peninggalan Syekh Abdul Halim atau Pangeran Benowo, putra dari Sultan Hadiwijaya alias Joko Tingkir, penguasa Kesultanan Demak. Pangeran Benowo sendiri adalah pembuka alas Desa Pekuncen yang ada di Kecamatan Pegadon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
Berdasarkan penelusuran Esposin, Rabu (8/6/2022), gentong yang ditanam di serambi bagian selatan Masjid Sunan Abinawa ini memiliki tinggi 1,5 meter dengan diameter 80 cm dan diberi nama Nyai Kong.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Gentong tersebut diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. Ajaibnya, air di dalamnya tidak pernah surut atau kering meski musim kemarau melanda.
Juru kunci Masjid Sunan Abinawa mengatakan bahwa banyak warga yang rela mengantre untuk ngalap berkah (mengharapkan berkah) dari air di dalam gentong yang dipercaya dapat menyembuhkan segala macam penyakit.
Para peziarah yang ingin ngalap berkah biasanya datang ke Masjid Sunan Abinawa atau disebut juga Masjid Pekuncen setiap malam Jumat Kliwon. Mereka datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Pangeran Benowo, Putra Jaka Tingkir Pendiri Desa Pekuncen Kendal
Berdasarkan cerita sejarah, Gentong Putri di kendal itu semula ada satu pasang, yang berarti ada dua buah gentong. Keduanya dulu berada di Demak sebelum salah satunya dipindahkan ke Kendal.
Konon, kedatangan gentong itu dari Demak diarak lewat sungai dengan dikawal seekor kerbau albino yang diberi nama Kebo Londoh.
Gentong ini juga diyakini sebagai satu kesatuan dengan sumur yang ada di lokasi masjid. Oleh masyarakat setempat, air sumur tersebut juga digunakan sebagai sarana pengobatan.
Untuk memperoleh air yang berkhasiat tersebut, peziarah harus mengambil air dari sumur dan dimasukan ke dalam Genthong Puteri dan dari genthong tersebut diambil airnya. Air tersebut bisa dibilas ke tubuh yang sakit atau diminum.
Baca Juga: Kenapa Semarang Panas?
Sunan Abinawa
Pangeran Benowo yang juga memiliki julukan Sunan Abinawa adalah putra mahkota yang menolak untuk menerima tahta sebagai Adipati Kerjaaan Pajang. Dia memilih mengembara dan menyebarkan syiar Islam demi keselamatan umat. Desa Pekuncen adalah kawasan di mana dia dan pengiringnya menyebarkan syiar agama.Dia memulai syiarnya dengan membuka lahan dan membangun sungai. Sejak saat itu, banyak masyarakat yang berdatangan untuk tinggal di kawasan desa yang dia bangun tersebut dan juga belajar agama Islam.