Harianjogja.com, JOGJA - Okupansi hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini rata-rata mencapai 50% atau mengalami kenaikan 10% setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
"Dengan adanya kurs rupiah melemah sementara dolar AS naik, kami memang diuntungkan. Itu jelas menjadi angin segar bagi wisatawan mancanegara sehingga kunjungan mereka meningkat karena harga murah dan berdampak pada naiknya okupansi hotel," kata Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Deddy Pranowo Eryono, Kamis (29/8/2013).
Sementara itu, untuk hotel nonbintang atau melati juga mengalami kenaikan 5% setelah rupiah melemah menjadi 25%. Kenaikan okupansi itu juga diperkirakan akan terus meningkat.
"Meskipun saat ini masih masuk "low season", namun diperkirakan kunjungan wisman akan terus meningkat karena bersamaan dengan libur musim panas di Eropa," katanya.
Selama masa penurunan nilai tukar rupiah itu, ia berharap agar Jogja semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi wisman untuk meningkatkan kunjungannya.