Esposin, BANJARNEGARA — Ada dua bendungan berukuran raksasa pada zamannya di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Bendungan yang pertama adalah Bendungan Bandjar Tjahjana Werken (BTW) dan Pembangkit tenaga Listrik (PLTA) Panglima Besar Jendral Soedirman atau PLTA Mrica. Dua bendungan ini sama-sama mega proyek di zamannya dengan kisah yang berbeda.
Berdasarkan penelusuran Esposin, Selasa (12/4/2022), BTW dibangun di akhir era politik etis Belanda pada 1912. Sementara itu PLTA Mrica dibangun di era kejayaan pemerintah Presiden Soeharto pada 1987 silam atau masa Orde Baru (Orba).
Bendungan Bandjar Tjahjana Werken
Guru Besar Sejarah Universitas Airlangga Surabaya, Prof Purnawan Basundoro mengungkapkan bendungan raksasa di Banjarnegara, BTW, dirancang oleh W.W.H. CLason dan D.Snell pada periode 1912-1938. Proyek ini menbgambil air dari bendungan di bawah Kampung Legok, tempat pertemuan Sungai Merawu dan Serayu.Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Baca juga: Swike, Kuliner Sup Kodok Khas Purwodadi Grobogan
Dengan irigasi dari bendungan ini, lahan kering seperti di Wanadadi, Susukan, Rakit, Bukateja, Kejobong dan Kemangkon disulap menjadi lahan yang subur dan menghasilkan hasil bumi yang besar. Proyek besar ini bernama Bandjar Tjahjana yang berarti aliran irigasi dari Bandjar (Banjarnegara) hingga distrik Tjahjana (Bukateja) merupakan proyek irigasi besar dan dengan medan yang sulit.
PLTA Mrica
Sementara itu, Guru SMP Negeri 1 Bawang, Tjatur Budijantoro, mengungkapkan bahwa pembangunan PLTA Mrica menyimpan kisah memilukan. Berdasarkan saksi bernama Mbah Basrowi yang usianya hampir satu abad, dia merupakan salah satu warga terdampak proyek bendungan raksasa PLTA Mrica di Banjarnegara.Saat itu, Mbah Basrowi menjadi salah satu warga yang menerima kompensasi ganti rugi dari pemerintah. Namun, jumlahnya tidak setimpal karena Mbah Basrowi dan warga lainnya harus bertransmigrasi ke luar Jawa.
Baca juga: Urap Latoh Khas Rembang, Tak Pakai Sayur Tapi Anggur Laut
Sementara itu, warga dari daerah lain justru diuntungkan dari pembangunan PLTA Mrica. Tepatnya di daerah Gentansari yang saat itu memiliki bukit batu yang sekarang dinamakan Tampo Mas. Batuan dari daerah tersebut dipakai untuk material pembangunan bendungan raksasa di Banjarnegara sehingga kompensasinya tinggi, sebab saat itu harga material batu bisa dipakai untuk membeli satu gram emas.
Sesuai dengan namanya, PLTA Mrica ini berfungsi sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air yang melayani area Jawa dan Bali. Listrik yang dihasilkan dari waduk ini mencapai 184.5 Mega Watt (MW) dan dapat membendung Sungai Serayu yang melintasi wilayah Kabupaten Bajarnegara.
Bendungan ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada 1989 dan selain berfungsi sebagai PLTA, bendungan ini juga difungsikan untuk irigasi lahan pertanian yang terbentang di wilayah Banjarnegara.