Harianjogja.com, KULONPROGO- Sedikitnya 1.600 hektare sawah di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang memasuki masa tanam pertama gagal tanan akibat kesulitan mendapat air dari saluran irigasi.
"Lahan sawah tersebut memasuki masa tanam pertama sejak awal Agustus, namun belum bisa menanam padi, sebab, petani mengalani kesulitan mendapatkan air melalui jaringan irigasi intake Kalibawang," kata Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Nanggulan Hartono, baru-baru ini.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Ia mengatakan debit Sungai Progo saat ini sangat lemah. Debit jaringan intake Kalibawang hanya sebesar lima meter kubik per detik. Padahal, untuk mengairi sawah di Kecamatan Nanggulan, Kalibawang dan sebagian Sentolo membutuhkan debit air minimal 7,5 meter kubik per detik.
"Untuk mencukupi kebutuhan air masih kurang 2,5 meter kubik per detik. Hal ini menyebabkan, petani saling berebut mendapat giliran air untuk mengolah tanahnya," kata Hartono.
Selain itu, menurut Hartono, pihaknya sudah melakukan rapat persiapan masa tanam sejak Juli, baik tingkat gabungan kelompok tani, desa dan kecamatan. Bahkan pihaknya telah mengintruksikan tata tanam MT I di Kecamatan Nanggulan pada 5-15 Agustus.
"Tapi, sampai saat ini, petani belum menanam padi. Mereka saling menunggu. Mereka takut, kalau menanam padi terlebih dahulu akan terkena hama tikus," kata dia.
Dia mengatakan bahwa Nanggulan merupakan daerah endemis tikus sejak beberapa tahun terakhir. Sehingga kalau, menanam padi tidak serempak, maka dapat dipastikan akan terjadi serangan hama tikus.
"Kami berharap petani menanam padi sesuai kesepakatan bersama dan mengikuti pola tanam yang berlaku," katanya.