Esposin, JOGJA -- Paniradya Kaistimewan DIY bersama beberapa instansi lain di Pemprov DIY menggelar Jogja Book Fair 2024 di halaman Kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Istimewa Yogyakarta (DPAD DIY) sejak Selasa (10/9/2024) hingga Kamis (19/9/2024).
Salah satu pameran buku yang diklaim terbesar di Indonesia itu merupakan rangkaian acara Peringatan Hari Literasi Internasional (HLI) 2024. HLI diselenggarakan Paniradya Kaistimewan DIY bersama DPAD DIY, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dinas Pendidikan dan Olahraga DIY, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Dinkop dan UKM) DIY, serta Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DIY.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Peringatan HLI 2024 diselenggarakan dengan tajuk “Pujangga Sastra Wiwaraning Janma” dengan tema umum “Mempromosikan Pendidikan Multibahasa: Literasi untuk Saling Pengertian dan Perdamaian".
Kegiatan tersebut menyuguhkan berbagai event dari hari pertama hingga hari terakhir yang setiap hari dibuka pukul 09.00 WIB hingga 21.30 WIB. Event itu seperti wisata buku, Arsip Menyapa, standup comedy, dongeng untuk anak, penampilan Balai Layanan, Podcast, pentas musik akustik Paniradya, dan diskusi persiapan pernikahan.
Selain itu ada kegiatan Wajib Kunjung Museum, pentas musik, talkshow dengan narasumber penulis terkenal Puthut EA, fun run, diskusi pendidikan anak, lomba menyanyi anak, workshop dongeng, parade film pendek, lomba mewarnai, lomba karya busana daur hilang dan masih banyak lagi.
Jogja Book Fair 2024 ditutup dengan kegiatan wisata buku, game buku, beda buku penerbit Samudera Biru, diskusi Jogja Kota Literasi, dan apresiasi musik dengan penyanyi anak. Terdapat 87 penerbit dari DIY maupun luar DIY yang berpartisipasi pada Jogja Book Fair 2024.
Kepala Bidang Perencanaan dan Pengendalian Urusan Keistimewaan Paniradya Kaistimewaan DIY, Tri Agus Nugroho, berharap Jogja Book Fair tak hanya digelar pada 2024, tetapi menjadi agenda rutin tahunan dan lebih meriah lagi.
“Sampai jumpa di tahun depan karena event ini akan menjadi agenda tahunan,” ucap Tri Agus Nugroho.
Dia bersyukur Jogja Book Fair 2024 Internasional berjalan lancar. Dia menyebut kelancaran dan kesuksesan ini dapat terwujud atas kerja sama semua pihak dengan konsep dan semangat kerja kolaborasi sehingga dapat bekerja bersama-sama mewujudkan agenda tersebut.
Membangun Masyarakat yang Lebih Cerdas
Tri Agus mengungkapkan Hari Literasi Internasional bukan hanya selebrasi tahunan, tetapi juga momen penting untuk merefleksikan sejauh mana perkembangan literasi, serta bagaimana peran literasi dalam membangun masyarakat yang lebih cerdas dan berwawasan luas.
“Dalam upaya mewujudkan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai ibu kota perbukuan nasional, tentu saja tidak dapat hanya diupayakan oleh DPAD DIY sendiri. Atau oleh insan perbukuan melalui Ikapi DIY saja. Upaya mewujudkan literasi masyarakat menjadi lebih baik adalah kerja kebudayaan, kerja lintas sektoral, lintas generasi dan upaya kita semua,” ucap Tri Agus Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima Espos.id.
Peringatan Hari Literasi Internasional 2024 terselenggara atas kerja sama berbagai pihak. Ke depan berpeluang lebih banyak lagi dukungan dari berbagai pihak untuk mewujudkan kerja-kerja kebudayaan melalui Jogja Book Fair.
“Tentu saja dalam penyelenggaraan peringatan Hari Literasi Internasional masih perlu diperbaiki dan disempurnakan. Agar pada pelaksanaan kegiatan di tahun berikutnya dapat menjadi lebih baik, lebih lancar dan lebih sukses,” imbuh dia.
Masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Diharapkan peringatan Hari Literasi Internasional tak sekadar agenda rutin tahunan, tetapi bagaimana melalui Jogja Book Fair, dapat menjadi bagian dari solusi terhadap upaya meningkatkan literasi masyakarat di DIY.
Bagaimana mendorong transformasi minat baca, transformasi perpustakaan dan transformasi kebudayaan dapat meningkatkan kesejahteraan msyarakat, khususnya di DIY.
“Semoga acara ini menjadi momentum untuk membangun kesadaran literasi di berbagai lapisan masyarakat. Mari kita jadikan literasi sebagai budaya dan bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Terima kasih atas semua dukungan dan kolaborasinya. Mohon maaf atas segala kekurangan,” tutur Tri Agus Nugroho.
Kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sistem Kearsipan DPAD DIY, Wardoyo, mengucapkan terima kasih karena Jogja Book Fair 2024 dapat terselenggara dengan lancar dan meriah. “Hal itu bisa terwujud karena kerja sama berbagai pihak,” kata dia.
Literasi sebagai Kebiasaan
Wardoyo berharap Jogja Book Fair 2024 tidak hanya selebrasi semata. Lebih dari itu menjadi refleksi semua pihak akan pentingnya literasi dalam membentuk masyarakat yang berpengetahuan maju.
“Untuk menciptakan Jogja Kota Literasi, kita harus tetap sadar dan bekerja sama setiap lapisan masyarakat,” ungkapnya. Wardoyo mengajak semua pihak menjadikan literasi sebagai kebiasaan dan budaya masyarakat Jogja secara khusus dan Indonesia secara umum.
Semantara itu, Ketua Ikapi DIY Wawan Arif Rahmad, menyampaikan Jogja Book Fair 2024 diselenggarakan sebagai upaya untuk memperkenalkan berbagai aktivitas literasi yang menarik kepada masyarakat.
Hingga hari puncak pelaksanaan, 19 September 2024, pameran buku ini telah dikunjungi lebih kurang 5.000 orang setiap hari dengan omzet ratusan juta rupiah per hari.
Tingginya animo masyarakat terhadap event ini menjadi bukti kegemaran masyarakat terhadap buku, terutama buku fisik, masih tinggi. “Setidaknya 5.000 pengunjung per harinya. Jadi selama sepuluh hari hingga malam ini setidaknya ada 50.000 pengunjung,” ujar Wawan.
Dia menyebut Jogja Book Fair 2024 jauh lebih besar dan meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dia berharap Jogja Book Fair 2025 nantinya lebih meriah. Selain itu juga mampu menghadirkan buku yang jauh lebih banyak sehingga menarik lebih banyak pengunjung lagi.
Sementara itu, Ketua Panitia Jogja Book Fair 2024, Yusuf Efendi, berharap event ini menjadi ajang untuk memperkuat jaringan antarpelaku industri perbukuan, mulai dari penerbit, penulis, komunitas literasi, hingga pemerintah. Dengan partisipasi aktif dari semua pihak, acara ini berpotensi menjadi salah satu pameran buku paling berpengaruh di Indonesia, serta berdampak positif bagi perkembangan literasi, khususnya di Yogyakarta.
“Berbagai kegiatan meriah telah dihadirkan selama acara. Event ini juga melibatkan berbagai komunitas, pegiat buku, seniman, mahasiswa, pelajar, bahkan anak-anak dari PAUD dan TK,” ujar Yusuf.