Ratusan kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di bantul, dan 7 orang di antaranya meninggal dunia
Harianjogja.com, BANTUL- Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Pramudi Darmawan menjelaskan bahwa 2015 ini adalah tepat siklus lima tahunan DBD.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Saat ini saja, kata dia, dalam kurun waktu tiga bulan (Januari-Maret), angka DBD di 17 kecamatan sudah mencapai 452 kasus. Adapun selama tahun 2014 terjadi 622 kasus.
“Tahun lalu total kasus setahun 622. Tahun ini baru sampai maret saja sudah 452. Padahal DBD diperkirakan terus meningkat sampai Mei,” katanya, Senin (23/3/2015).
Sebanyak 452 kasus berasal dari Kecamatan Bantul sebanyak 26 kasus, Sewon 80 kasus, Kasihan 101 kasus, Sedayu 15 kasus, Pajangan 5 kasus, Pandak 11 kasus, Srandakan lima kasus, Sanden dua kasus, Bambanglipuro sembilan kasus, Kretek empat kasus, Pundong enam kasus, Jetis 22 kasus, Imogiri 24 kasus, Pleret 32 kasus, Banguntapan 89 kasus, Piyungan 18 kasus dan Dlingo tiga kasus.
Berdasarkan data, tujuh orang meninggal. Dua warga dari Jetis dan Pandak dinyatakan positif DBD dan lima orang masih dalam tahap audit Dinkes.
Untuk menekan angka kasus DBD, pihaknya bekerja sama dengan puskesmas dan pemerintah desa melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M, menguras, menutup, dan mengubur. Ini utamanya untuk desa yang dirasa belum cukup melakukan fogging.
“Fogging tanpa PSN sama saja. PSN bisa membunuh jentik nyamuk tapi fogging hanya bunuh nyamuk dewasa sehingga kemungkinan anakan nyamuk bertumbuh, besar,” jelas dia.