Harianjogja.com, SLEMAN- Tujuh srikandi bertugas menjadi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 43 Tajem, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok. Di balik keramahannya selama bertugas, ada sisi unik yang mereka simpan.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
"Begitu ditunjuk sebagai KPPS, saya tidak bisa tidur malam harinya," ungkap Ketua KPPS, Nur Chasanah, sembari tertawa mengingat suasana malam itu yang penuh keraguan menghadapi tugas barunya.
Ia kaget karena mendadak ditunjuk oleh Kepala Dusun Tajem untuk mengemban sebagai ketua KPPS. Berulang kali ia masih meragukan dirinya di hadapan Kadus dan petugas bimbingan teknis (bimtek) Desa Maguwoharjo.
Ia dan keenam rekan lainnya pun sempat berkecil hati saat mengikuti bimtek bersama KPPS lainnya. Kebanyakan mereka adalah kaum pria. "Terkejut ya, kita perempuan semua tapi begitu bimtek sehari dan saya pelajari videonya, ya sudah, saya yakin bisa," kata dia.
Hal itu menjadi pengalaman baru baginya. Pasalnya sejak berpuluh tahun, warga yang aktif menjadi KPPS adalah kaum pria.
Mereka bertugas dengan mengenakan seragam batik motif parang, lengkap dengan kerudung putih. Mereka berbagi tugas sesuai tupoksinya. Ada yang mencatat undangan masuk, memanggil si pemilih, menjaga kotak suara dan ada pula yang bertugas di bagian tinta.
Anggota KPPS lainnya, Iswanti, hanya mengandalkan kemampuannya beradministrasi dalam organisasi PKK yang ia ikuti di kampungnya. Ibu rumah tangga ini merasa optimis dapat melaksanakan tugas sebagai KPPS.
"Kita enggak takut kalau ada salah hitung atau apa. Kan kita tetap didampingi bapak-bapak," kata dia.
Menurutnya cara seperti itu mampu meningkatkan derajat dan kepercayaan kaum perempuan. Tidak hanya di tingkat organisasi dusun saja tapi lebih meningkatkan kemampuan dalam penyelenggaraan pemilihan umum.