Harianjogja.com, KULONPROGO- Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM Kulonprogo Niken Probo Laras mengakui bahwa penderes (penyadap) nira kelapa di Kulonprogo didominasi petani berusia lanjut.
Promosi Kisah Perempuan Hebat Agen BRILink Dorong Literasi Keuangan di Medan
Ia menyatakan pihaknya sudah melakukan pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan minat profesi penderes kelapa. “Mudah-mudahan usaha ini tidak berhenti karena regenerasinya gagal,” ujarnya, baru-baru ini.
Namun ia menyebutkan bahwa stategi paling tepat untuk meningkatkan peminat penderes kelapa adalah dengan membuktikan bahwa kesejahteraan yang terjamin.
Niken memaparkan bahwa dengan memiliki 30 pohon kelapa maka penderes kelapa bisa mendapatkan pemasukan hingga Rp2juta per bulan. Jumlah ini jauh lebih tinggi daripada Upah Minimum Regional (UMR) Kulonprogo yang hanya berkisar Rp1,2 per bulan.
Selain itu, ia menambahkan bahwa sistem kepemilikan pohon kelapa di Kulonprogo juga lebih menguntungkan petani dibandingkan di Sukabumi, Jawa Barat.
Petani kelapa di Kulonprogo memanjat dan menderes pohon kelapanya sendiri sedangkan penderes di Sukabumi menderes pohon kelapa yang ditanam oleh perusahaan. “Jadinya kan mereka seperti karyawan, jika penderes kita pemilik kelapanya sendiri,”ujarnya.
Selain Kecamatan Kokap dan Girimulyo, sejumlah daerah di Kulonprogo juga kini mulai dikembangkan untuk menjadi daerah produsen gula semut. Hanya saja, diakui bahwa kualitas serta kuantitasnya belum sebaik gula kelapa yang diproduksi di kedua daerah pendahulu tersebut.
Niken menyebutkan bahwa pihaknya sudah bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Disperahut) Kulonprogo untuk program peremajaan pohon kelapa.