Harianjogja.com, JOGJA -- Kadipaten Pakualaman melanjutkan rangkaian prosesi Jumeneng Dalem Paku Alam X. Kali ini Pakualaman menggelar syukuran dengan menggelar sederet kesenian tradisional di Alun-Alun Sawendanan Kadipaten Pakualaman Sabtu (6/2/2016).
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Dimulai pukul 12.30, aneka kesenian tradisional silih berganti ditampilkan. Penampilnya berasal dari berbagai kalangan, baik dari kelompok kesenian di Kulonprogo hingga penampilan dari Pawiyatan Macapat Sestramardawa Kadipaten Pakualaman.
Kegiatan bertajuk Pentas Mangayubagyo Jumenengan Paku Alam X ini dibuka dengan sendratari kolosal Reyog Wayang yang dimainkan oleh para remaja dari Taruna Karang Kemuning Brosot, Galur Kulonprogo.
Kesenian dilanjutkan dengan kesenian Reyog Prajuritan yang ditampilkan oleh kelompok Tresno Budaya asal Gunungkidul dan Pentas Jathilan kelompok arum Sari Bantul.
Malamnya, pentas berlanjut dengan kesenian Macapatan. Seniman Bambang Nursinggih serta kelompok macapat dari Pawiyatan Macapat Sestramardawa Kadipaten Pakualaman siap membuat penonton terhanyut dengan tembang sajak dan syair klasik berbahasa Jawa itu.
Sebagai penutup, Ki Simun Cermojoyo membawakan wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Semar Bangun Khayangan. Lakon ini menggambarkan sosok Semar yang menyimbolkan masyarakat biasa berusaha menyelamatkan negerinya dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan.
Ketua Panitia Pentas Mangayubagyo Raden Wedono Hasto Prakosa mengatakan pentas Mangayubagyo ini sudah direncanakan sejak sebelum Jumeneng Dalem 7 Januari lalu. Tujuannya tak lain sebagai bentuk mangayubagyo atau bersyukur atas dinobatkannya Paku Alam X sebagai adipati Kadipaten Pakualaman menggantikan sang ayah yang mangkat November lalu.
“Disini kami mengajak seluruh warga DIY untuk bersukacita karena sudah PA X sudah dinobatkan sebagai Adipati Pakualaman yang sah,” tutur dia.