JOGJA—Di Pasar Beringharjo, pakaian bekas ternyata sangat membantu warga yang kehidupan ekonominya kurang mampu. Tak heran bila bisnis pakaian bekas ini banyak ditemukan di sana.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
Salah satunya Sumardiyati, 51, penjual pakaian bekas yang biasa mangkal di Beringharjo, bersama rekan-rekannya yang kebanyakan sudah uzur mereka menjajakan pakaian bekas di tangga Beringharjo sebelah timur.
Sudah 25 tahun ia menjajakan pakaian bekas yang sudah usang itu ke pengunjung yang lalu lalang. Sehari kadang laku beberapa helai, kadang tak terjual satu pun. Satu helai pakaian bekas itu dibanderol sangat murah.
Rata-rata Rp500, Rp1.000 dan Rp2.000 per potong pakaian. Pakaian-pakaian ini ia peroleh dari siapa saja yang mau menjual pakaian bekas yang tak lagi dipakai. “Saya beli seponcot itu Rp10.000 kalau pakaianya jelek, kalau bagus Rp40.000. Seponcot itu sebundel taplak meja itu lho,” terang Sumardiyati, Selasa (31/7).
Pakaian seperti kaos, rok panjang dan celana panjang paling laris terjual sedangkan pakaian model kebaya zaman dulu kini jarang laku. Pembeli pakaian-pakaian ini sudah tentu warga yang kurang mampu dan tak cukup uang membeli pakaian baru yang harganya jauh lebih mahal.
Yayuk, penjual pakaian bekas lainnya, mengaku hanya berjualan rata-rata sepekan sekali kalau dapat hantaran pakaian bekas dari penjual. “Kalau saya cuma sepekan sekali jualannya. Saya juga jualan barang bekas juga di rumah,” tutur warga Umbulharjo, Jogja itu.