Harianjogja.com, BANTUL-Pengamat pertanian Bantul Albertus Yulianto menilai pertumbuhan lahan tanam tebu di Bantul sebaiknya dilakukan pembatasan.
Terlebih, pola tanam tebu ini sudah cukup mengganggu upaya mewujudkan kedaultaan pangan dan pemberdayaan petani mandiri di Bantul.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Pihaknya mendukung Serikat Petani Indonesia (SPI) Bantul menggagas Bantul memiliki perda khusus mengatur tanaman tebu agar tidak semakin mengancam masa depan petani padi.
Menurut Yulianto kebijakan strategis Pemkab Bantul pada bidang pertanian selama ini masih jauh dari harapan. Perlu mendapat banyak pembenahan regulasi yang lebih berpihak bagi petani menyusul minimnya berbagai akses untuk mendorong petani yang mandiri dan berdaya.
Ia menyebut salah satu contoh kemampuan memproduksi pupuk agar tidak bergantung pada negara.
“Ini yang harus diperjuangkan agar ada program pendampingan pelatihan bagi petani mampu memproduksi pupuk sendiri. Dengan begitu petani tidak akan dipermainkan harga karena memiliki kemampuan dan alat produksi yang memadai untuk memproduksi pupuk,” ujarnya.
Menurut dia, Pemkab Bantul justru mengalami kerugian apabila program kemitraan tanam tebu ini terus dipertahankan karena mengancam tingkat produktivitas padi setiap tahun.