Penataan Malioboro terganggu dengan adanya aksi vandalisme
Harianjogja.com, JOGJA -- Kursi kayu jati yang menjadi bagian dari street furniture jalur pedestrian Malioboro mulai menjadi objek corat coret alias vandalisme. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menilai coretan itu sebagai bentuk sentimen terhadap Malioboro yang kini mulai tertata rapi.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Baca Juga : PENATAAN MALIOBORO : Kursi Jalur Pedestrian Jadi Objek Vandalisme
Dimintai komentar terkait aksi vandalisme di kawasan Malioboro, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengaku belum mendapatkan laporan dari dinas terkait. Ia menilai tindakan corat coret itu merupakan bentuk sentimen seseorang terhadap kawasan Malioboro yang sudah tertata rapi.
"Ra ngerti aku, kok rung ono sing lapor. Itu sentimen aja, sentimen Malioboro [karena sudah] bagus," kata Sultan di Kepatihan.
Namun seharusnya hal itu tidak terjadi. Segala tindakan, kata Sultan, pada dasarnya harusnya disertai kesadaran. Jika pelaku corat coret itu anak SMP atau bahkan SMA tentu mereka sudah memiliki daya pikir rasional, bahwa tindakan tersebut tidaklah baik.
"Jadi kalau corat coret itu ya mesti disengaja, tidak mungkin tidak disengaja. Dan memang punya alasan. Bukan masalah graviti di tempat lain supaya dikenal, enggak. Ya supaya biar Sultan-nya tercoreng sajalah, itu aja," ucap HB X.
Perbaikan Butuh Waktu
Menurut Manajer Proyek Revitalisasi Malioboro Tahap I Eri Purnomo Listiyanto, kedua titik kursi yang menjadi objek vandalisme itu memang masih menjadi tanggungjawabnya selaku pelaksana proyek selama enam bulan sejak diresmikan Desember 2016 lalu. Akantetapi, hingga Kamis (19/1/2017) kemarin, ia mengaku sengaja belum melakukan perbaikan.
Perbaikan akan dilakukan dengan membersihkan coretan bangku itu menggunakan peralatan amplas. Setelah objek coretan halus akan dipoles dengan teak oil atau dikenal dengan minyak jati sehingga, kursi tetap kelihatan kayu jati alami.
Ery menegaskan, dalam berbagai kesempatan pihaknya selalu melakukan pengawasan. Ia berharap ke depan pengunjung tidak melakukan tindakan serupa.
"Mudah-mudahan tidak bertambah banyak [coretannya], sekalian kita revisi [perbaiki]. Diamplas, kemudian sampai tulisan hilang. Baru teak oil ulang. Karena itu tidak pakai cat, agar natural. Dengan harapan kayunya jati Perhutani yang [dibeli] mahal, biar teksturnya kelihatan ya idealnya kita teak oil," jelasnya.