Esposin, SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) terus memperkuat sektor pertanian sebagai pilar utama perekonomian dan kedaulatan pangan. Langkah strategis ini tidak hanya melibatkan peningkatan produktivitas lahan, tetapi juga pengintegrasian teknologi digital serta pelibatan generasi muda sebagai motor penggerak transformasi pertanian.
Penjabat Gubernur Jateng, Nana Sudjana, menyatakan bahwa pertanian adalah sektor kunci yang harus terus dikembangkan melalui inovasi dan kerja sama antarinstansi. "Kolaborasi antara pemerintah, petani, akademisi, dan sektor swasta merupakan kunci untuk memastikan ketahanan pangan di Jawa Tengah, yang pada akhirnya mendukung stabilitas pangan nasional," ungkapnya, belum lama ini.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
Hal ini sejalan dengan program nasional menuju swasembada pangan, di mana Jawa Tengah memegang peran sentral sebagai salah satu produsen pangan terbesar di Indonesia.
Inovasi di sektor pertanian terus digalakkan dengan berbagai program yang menargetkan peningkatan luas tanam dan produktivitas. Salah satu program unggulan adalah Penambahan Areal Tanam (PAT) yang telah berhasil menambah 110.265 hektare lahan tanam hingga 30 Juli 2024.
Dengan luas tanam tambahan ini, Jateng diperkirakan mampu memproduksi 446.420,95 ton gabah kering giling, setara dengan 268.277,73 ton beras. Ini menjadikan Jateng sebagai provinsi dengan kontribusi terbesar dalam produksi pangan nasional, melampaui provinsi-provinsi lainnya.
Dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan kering atau tadah hujan, Pemprov Jateng bersama Kementerian Pertanian meluncurkan program pompanisasi yang bertujuan meningkatkan intensitas penanaman. Pada 2024, Jateng mendapatkan alokasi 4.348 unit pompanisasi dengan tingkat pemasangan yang telah mencapai 94,23%. Program ini memungkinkan lahan yang sebelumnya hanya bisa ditanami sekali dalam setahun, sekarang bisa ditanami lebih dari sekali, sehingga meningkatkan Indeks Pertanaman.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengatakan Jawa Tengah ini cukup baik prestasinya dalam peningkatan areal tanam. Dari persentase secara nasional, Jawa Tengah adalah provinsi nomor dua dengan jumlah persentase perluasan sampai 65%.
"Namun jumlahnya terluas dibandingkan semua provinsi di Indonesia. Baru Jawa Tengah yang telah mencapai tiga digit, yaitu 110 ribu hektare. Ini membanggakan," katanya.
Peran Generasi Muda dan Teknologi Digital
Selain itu, Pemprov Jateng aktif mendorong keterlibatan generasi muda melalui program pelatihan dan penyuluhan. Setiap tahunnya, sekitar 5.000 petani muda mendapatkan pelatihan intensif, yang diharapkan dapat mengubah paradigma bertani dari pekerjaan kasar menjadi profesi yang modern dan berkelanjutan. Berdasarkan data Sensus Pertanian 2023, Jateng memiliki 625.810 petani milenial, di mana sekitar 7,21% di antaranya telah memanfaatkan teknologi digital dalam kegiatan pertanian mereka.”Setiap tahun ada sekitar 5.000 petani yang kami berikan pelatihan dengan berbagai tema dan komoditas,” ujar Kepala Balai Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jateng, Opik Mahendra, saat berbincang dengan Esposin, Jumat (16/8/2024).
Opik menyebut pelatihan ini pun berjalan cukup efektif dengan mulai tumbuh dan berkembangnya petani muda di berbagai daerah.
Petani milenial seperti Sofyan Adi Cahyono dari Kabupaten Semarang dan Hendi Seto dari Temanggung menjadi contoh sukses penerapan teknologi digital dalam pertanian. Mereka tidak hanya meningkatkan produktivitas melalui teknologi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar. Implementasi teknologi ini meliputi penggunaan drone untuk pemantauan tanaman, aplikasi untuk manajemen lahan, serta e-commerce untuk pemasaran produk pertanian secara online .
Keberhasilan program-program ini telah mendapat pengakuan di tingkat nasional. Jateng dianugerahi penghargaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Terbaik Pertama Tingkat Provinsi 2023 dari Badan Pangan Nasional. Penghargaan ini mencerminkan keseriusan Pemprov Jateng dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan, meski menghadapi tantangan seperti perubahan iklim dan fluktuasi harga pasar.
Dalam konteks nasional, kontribusi Jateng sangat signifikan, terutama dalam menjaga kestabilan pasokan pangan. Dengan capaian produksi padi sebesar 9,08 juta ton pada tahun 2023, Jateng berhasil mempertahankan posisinya sebagai lumbung pangan nasional. Pemprov Jateng tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga memastikan bahwa hasil pertanian dapat didistribusikan dengan baik melalui jaringan distribusi yang efisien dan terjangkau.
Kolaborasi dengan Berbagai Pihak
Kolaborasi antar berbagai pihak menjadi kunci utama dalam keberhasilan sektor pertanian Jateng. Sinergi antara Pemprov Jateng, Kementerian PUPR, TNI, dan para penyuluh pertanian memungkinkan program-program strategis seperti PAT dan pompanisasi dapat terlaksana dengan baik. Ke depan, Pemprov Jateng berencana untuk memperluas jangkauan program-program tersebut dengan melibatkan lebih banyak stakeholder, termasuk sektor swasta dan lembaga riset, guna memastikan pertanian di Jateng terus berkembang sesuai dengan dinamika kebutuhan pangan nasional.Pemprov Jateng tetap optimis bahwa melalui inovasi, kolaborasi, dan keterlibatan generasi muda, Jawa Tengah akan terus menjadi pionir dalam mewujudkan kedaulatan pangan yang berkelanjutan di Indonesia. Program-program yang telah berjalan dan diakui di tingkat nasional ini diharapkan menjadi model yang dapat diterapkan di provinsi-provinsi lain, dalam upaya bersama mencapai ketahanan pangan nasional yang lebih kuat dan berkelanjutan.