Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Pada 2016 ini, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berupaya mengembangkan sektor industri dan sektor hilir, sebagai bentuk upaya meningkatkan sektor pendapatan dan langkah meningkatkan kualitas daya saing IKM.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Kepala Seksi Usaha Industri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindagkoptam) Kabupaten Gunungkidul, Sakimin menjelaskan untuk sektor hulu dan hilir bukan dilakukan oleh Bidang Industri, melainkan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, selain itu Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat.
Langkah pengembangan ini sudah dimulai, misalnya kakao yang mulai diolah sejak biji kakao hingga menjadi coklat dan dipasarkan. Sementara di sektor perikanan, Pemkab Gunungkidul sudah menjalankan program Lele Lahan Kering Sistem Terpal (Lelaki Sintal), di mana para pelaku program bukan hanya mengolah bibit, melainkan mengembangkan usaha makanan olahan abon lele.
"Kami memaksimalkan langkah menjual produk bukan hanya dalam bentuk mentah, atau setengah jadi. Melainkan secara perlahan menjadikan pelaku usaha bisa mengolah produk sampai menjadi produk jadi dan memasarkannya," jelas Sakimin, baru-baru ini.
Karena saat ini, produk IKM Gunungkidul masih banyak yang menjual produk setengah jadi, bahkan menjual bahan baku ke luar Gunungkidul. Misalnya, dari persentase 100 persen (%), IKM meubel masih menjual kayu gelondongan dengan persentase 70%, sedangkan baru 30% mereka menjual dalam bentuk setengah jadi atau sudah menjadi produk jadi.
"Untuk produk lain, topeng Patuk, masih banyak pengusaha menjual dalam bentuk topeng setengah jadi ke Bantul, nanti pengusaha Bantul yang kemudian melakukan finishing. Begitu juga dengan perak dan tembaga, tidak sedikit yang menjual dalam bentuk setengah jadi ke Kotagede, tapi kini perlahan-lahan kami mencoba untuk mengolah sampai dijual dan dipasarkan dalam bentuk produk jadi," jelasnya.