Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-- Pengrajin bambu asal Dusun Ngoro-oro, Desa Giriasih, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul mengeluhkan kurangnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk mengembangkan usaha kerajinan bambu miliknya. Akibatnya, ia sering kewalahan dalam menerima pesanan.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
Salah seorang pengrajin bambu asal Gunungkidul, Paidi, mengungkapkan dirinya belum mampu mencari orang yang terampil dan mau bekerjasama dengannya dalam membuat kerajinan bambu.
Ia mengaku kewalahan apabila mengerjakan pesanan yang pada beberapa bulan terakhir cukup ramai. Di desanya sendiri, hanya sekitar enam orang yang aktif membantunya untuk mengerjakan pesanan.
"Susah untuk cari pekerja, belum ada yang mau untuk bertahan dalam waktu yang lama," kata dia, Jumat (22/4/2016).
Paidi melanjutkan, bahwa beberapa orang awalnya pernah berniat untuk menjadi pegawai tetap, namun tak sampai hitungan bulan pegawainya mengundurkan diri. Ia mengaku sulit bagi pengrajin bambu untuk mempelajari anyam bambu secara cepat, dibutuhkan proses yang panjang.
Usaha yang ia lakukan selama ini untuk menarik pegawai antara lain dengan memberikan pelatihan-pelatihan dasar kepada beberapa tetangga desanya. Namun caranya tersebut belum terlalu membuahkan hasil.
"Sudah diusahakan dengan mengajak tetangga belajar menganyam kecil-kecilan, tapi ujung-ujungnya mereka putus asa dan berhenti di tengah jalan," kata dia.
Meskipun begitu, ia tak patah semangat untuk terus mengembangkan usahanya. Walaupun kerajinan tak dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar, namun ia tetap memaksimalkan dan memperhatikan kualitas barang produksinya agar dapat menarik minat konsumen.