Ratusan pedagang tersebut datang ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Jogja.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Sejumlah pedagang membawa spanduk dan poster-poster berisi rencana penolakan penggusuran tersebut. Di antaranya, "Pedagang itu penjual kebutuhan hidup bukan penjual harga diri," "Jangan injak-injak hak hidup kami," "Keringat kita = harga diri tak bisa ditawar,". Ada pula yang mengkritik DPRD, "Dewan apa hewan gak bela rakyat kecil," dan berbagai poster lain.
Ketua Paguyuban Pedagang Ngudi Rejeki Pasar Kranggan luar, Faisal Rahmad mengatakan, para pedagang menolak rencana pemerintah untuk melakukan penggusuran di wilayah tersebut. Pasalnya, selama ini pedagang di luar pasar sudah mematuhi aturan yang diterapkan yakni tutup hingga pukul 09.00 WIB.
"Kami menolak adanya rencana penggusuran tersebut. Kami siap ditata tetapi menolak penggusuran," jelasnya kepada Harian Jogja, seusai aksi demonstrasi tersebut Senin (9/7) di halaman gedung Dewan.
Para pedagang, kata dia, berharap tetap bisa berjualan di wilayah tersebut. Kalaupun ada penataan para pedagang lebih suka untuk 'masuk' ke dalam area pasar. "Itu solusi yang diharapkan. Kami siap ditata asal tidak digusur. Dan penataan tersebut menguntungkan semua pihak," jelas Faisal.
Ketua RT setempat Budiman mengkritik langkah-langkah penegakan hukum yang selama ini hanya berlaku bagi rakyat kecil. Menurutnya, Perda perlu ditegakkan tanpa harus pandang bulu.
"Kalau pedagang di luar pasar dinilai mengganggu trotoar, kenapa di kawasan Malioboro dan belakang hotel Inn Garuda dibolehkan? Pedagang yang berjualan di luar Pasar Kranggan itu masyarakat kecil bukan pengusaha, selama ini hukum hanya tajam untuk masyarakat kecil," kritiknya.
Dia membantah, selama ini para pedagang di luar mengganggu keberadaan lalu lintas. Justru sebaliknya, para parkir yang semerawut yang menyebabkan jalan disana semerawut. "Yang kami butuhkan saat ini adalah suasana yang kondusif di kranggan," pungkas Budiman.