Pasar Sentolo Kulonprogo masih saja sepi.
Harianjogja.com, KULONPROGO -- Nasib sejumlah kios kerajinan di Pasar Sentolo masih miris meski
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
telah berbulan-bulan buka. Pembeli yang datang selama ini hanya mengandalkan kunjungan resmi dari tamu-tamu pemerintah.
Kios tersebut merupakan pinjaman dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM Kulonprogo. Pengrajin yang menempati kios hanya diminta membayar biaya kebersihan dan listrik tiap bulan. Meski demikian, kios tersebut tetap sepi dari pembeli meski sudah dibuka selama beberapa bulan. Bahkan, sebagian besar kios kerajinan tutup meski aktivitas perdagang di pasar mulai menggeliat kembali.
Hanya ada dua kios yang tetap buka meski tak tampak satu pun pembeli yang datang. Esti, salah satu penjaga kios mengatakan bahwa beberapa kios memang belum buka sejak libur Lebaran. Selain itu, ia menjelasan memang tidak banyak pembeli yang datang sehari-harinya.
“Paling ramai ketika sebelum Lebaran, sekitar lima pembeli setiap harinya,”jelasnya, Rabu (13/7/2016).
Pembeli yang datang sebagian besar membeli kaos bergambar sejumlah objek wisata khas Kulonprogo. Sedangkan batik yang juga dijual di kios tersebut sangat jarang diminati pembeli. Novi mengatakan sebagian besar pembeli sebenarnya tertarik dengan motif dan kualitas batik yang dijual. Namun hampir semuanya mundur ketika mengetahui harganya yang dirasa mahal. Esti memaparkan tidak setiap hari ada pembeli yang berbelanja di kiosnya. Terkadang, ada beberapa pengunjung yang datang dan melihat-lihat dan belum langsung membeli.
Omzet Menurun
Hal serupa juga dinyatakan oleh, Novi, penjaga kios batik di lokasi yang sama. Ia menyebutkan paling banyak mendapatkan omzet sebesar Rp5 juta tiap bulannya selama berjualan di pasar percontohan tersebut.
“Itu pun jarang sekali dapat sampai segitu,”ujarnya. Umumnya, omzet kios tersebut hanya mencapai Rp1,5 juta per bulan.
Adapun, omzet yang didapatkan sebagian besar bergantung kepada tamu-tamu yang biasanya dibawa Pemkab Kulonprogo. Tamu-tamu yang berasal dari kalangan pemerintahan ini biasanya berbelanja batik sebagai cinderamata saat berkunjung. Padahal, tamu jenis ini tidak setiap minggu datang. Novi menyebutkan biasanya tamu pemerintah hanya datang 1-2 kali setiap bulannya.
Sejumlah kegiatan yang pernah diadakan di pasar ini pun menurutnya tidak efektif mendongkrak jumlah pengunjung apalagi pembeli. Ketika kegiatan berlangsung, pengunjung sekadar melihat-lihat. Terlepas dari itu, ia mengatakan aktivitas di Pasar Sentolo mulai berakhir sekitar pukul 13.00 WIB. Beberapa kios kerajinan sendiri buka sejak pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB meski seringkali sepi pengunjung.
Mengenai sejumlah kios yang tutup, Novi memaparkan sebagian besar kios dijaga oleh pemilik merek ataupun pengrajinnya langsung. Karena pembeli yang masih sepi, kios-kios tersebut hanya dijaga beberapa kali dalam seminggu. Seringkali, pengrajin hanya datang dan membuka kiosnya ketika ada pembeli yang akan datang dan sudah janjian sebelumnya. Sedangkan beberapa kios lainnya memang dijaga oleh pegawai yang digaji oleh pemilik produk.
Esti memprediksi kemungkinan hal tersebut dilakukan karena sepinya pembeli sehingga sejumlah pengrajin lebih memilih berkegiatan di tempat lainnya dibanding menjaga kios. Ia sendiri mengaku sering bingung menjaga kios yang sehari-harinya sepi pembeli. Karena itu, ia berharap pemerintah mengupayakan agar Pasar Sentolo ramai pengunjung.