regional
Langganan

Pasar Mebel Domestik Belum Merata - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Bernadheta Dian Saraswati Jibi Harian Jogja  - Espos.id Jogja  -  Rabu, 18 Januari 2017 - 05:20 WIB

ESPOS.ID - Pengunjung melihat mebel yang dipamerkan dalam Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2016 di Jogja Expo Center (JEC), Minggu (13/3/2016). (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI/Harian Jogja)

Pasar mebel domestik dianggap belum merata

Harianregional.com, JOGJA-Penjualan produk mebel secara domestik belum merata ke semua daerah di Indonesia. Hal ini disebabkan sarana transportasi yang belum mendukung pendistribusian.

Advertisement

Salah satu anggota Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) DPD DIY Endro Wardoyo mengatakan, saat ini permintaan produk mebel dari kalangan domestik memang mulai tumbuh.

Sayangnya, permintaan produk mebel belum merata dari semua daerah. Berdasarkan data survei yang ia miliki, permintaan mebel terbesar hanya dari enam provinsi yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, Batam, dan Makassar.

Advertisement

Sayangnya, permintaan produk mebel belum merata dari semua daerah. Berdasarkan data survei yang ia miliki, permintaan mebel terbesar hanya dari enam provinsi yakni Jakarta, Surabaya, Medan, Balikpapan, Batam, dan Makassar.

Endro menyebut, salah satu faktor penghambatnya yakni sarana transportasi yang belum memadai. “Sekarang mau kirim ke Singapura sama ke Makassar saja lebih murah ke Singapura. Masih jarang kapal yang ke Makassar,” kata Endro pada Harianregional.com, Senin (16/1/2017).

Menurutnya pemerintah harus segera ambil tindakan agar pendistribusian produk mebel dan kerajinan bisa berjalan. Sebab, pasar domestik yang mulai tumbuh di Indonesia ini harus secepatnya ditangkap meski porsi permintaannya jauh lebih kecil dibandingkan permintaan eskpor.

Advertisement

Kondisi ini pun membuat para pengusaha mebel harus memperluas pasar, salah satunya kembali menitikberatkan pada pasar domestik yang selama ini kerap terabaikan.

Ia melihat, perusahaan mebel lokal belum terbiasa dengan pasar domestik karena kuantitas permintaan cenderung rendah. “Selama ini mereka bermain dieskpor yang kuantitinya lebih besar, tapi kemudian melayani pasar domestik yang penjualannya hanya satu dua,” terangnya.

Menurutnya hal tersebut memang bukan perkara gampang tetapi mau tidak mau pasar domestik juga harus digarap serius. Oleh sebab itu, kemudahan infrastruktur dan transportasi dirasa penting untuk mendukung para pengusaha ini menyalurkan produk mebelnya ke semua daerah.

Advertisement

“Jumlah 250 juta penduduk di Indonesia itu sangat potensial [menjadi pasar mebel] loh,” tegas pria yang menjabat sebagai Ketua Organizing Commitee Jogja International Furniture & Craft Fair Indonesia (Jiffina) 2017 ini.

Tahun ini, ia belum dapat memprediksi kondisi bisnis mebel di Indonesia karena krisis global yang belum selesai. Ia hanya dapat berharap, di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil ini, pengusaha mebel bisa semakin meningkatkan promosinya baik secara nasional maupun internasional.

Ajang pameran Jiffina di Jogja Expo Center (JEC) Maret nanti juga bisa menjadi peluang untuk memunculkan permintaan pasar. Pameran mebel di Jogja akan lebih mendekatkan buyer dengan pengrajinnya sehingga bisa menghasilkan harga jual yang relatif terjangkau. “Kalau pameran di Jakarta per meter perseginya sampai Rp1,7 juta, kalau di Jogja cukup  Rp850.000 per meter persegi,” tuturnya.

Advertisement

Sementara itu jika melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, komoditas kayu dan barang dari kayu mengalami kenaikan nilai ekspor terbesar pada November 2016. Peningkatannya sebesar 171,68%, dari USD 676.750 menjadi USD 1,838 juta.

Advertisement
Nina Atmasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif