Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Harianjogja.com, SLEMAN-Kapolda DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto menjelaskan, saat ditemukan di Bandara Iskandar, Pasir Panjang, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Senin (11/1/2016) pagi, enam orang termasuk dokter Rica akan melakukan perjalanan ke Semarang. Tetapi, pihaknya kesulitan melakukan penyelidikan karena mereka lebih banyak bungkam. Dua orang dari enam yang diamankan diduga bertindak sebagai perekrut. Namun Erwin belum berani menetapkannya sebagai tersangka karena masih dalam pemeriksaan.
Erwin mengakui, mereka direkrut oleh ormas Gafatar. Setibanya di Kalimantan, ormas ini mengubah identitas dengan nama Negara Karunia Tuhan Semesta Alam (NKTSA).
"Ormas ini sebenarnya dahulu sudah pernah dilarang, tetapi kemudian bermetamorfosa. Kami akan koordinasi dengan Kebangpolinmas terkait penanganan pencegahannya," ungkap Erwin.
Hasil penyelidikan dari sejumlah pesan yang ditinggalkan, mereka akan membangun sebuah peradaban baru yang menurut anggapan ormas itu benar. Hingga, Senin (11/1/2016) malam, pihaknya berupaya untuk meminta keterangan kepada empat orang dewasa yang telah dibawa ke Mapolda DIY.
"Tetapi saat ditanya, mereka selalu bungkam. Kami akan coba menanyakan lagi," imbuhnya.
Informasi kedatangan dokter Rica di Polda DIY mengundang perhatian sejumlah orang yang kehilangan anggota keluarganya, tak terkecuali Hermawan, mahasiswa UNY yang juga kehilangan adiknya, Silvi. Menurutnya, Silvi ikut eksodus bersama Gafatar dengan berpamitan secara tertulis dan dikirim via pos ke rumah orangtuanya di Klampok, Banjarnegara.
"Adik saya itu kuliah di UNS, dia aktif di Gafatar. Awal Desember ada teman kos yang melihat barang-barang diangkut pikap," ujarnya.
Selain Hermawan, keluarga Dyah, warga Candi Gebang, Ngemplak, Sleman yang hilang juga turut hadir di Polda DIY. Mereka berharap mendapatkan informasi tentang keberadaan anggota keluarga mereka yang ikut eksodus bersama Gafatar.