Esposin, TEGAL — Kota Tegal di Jawa Tengah dijuluki sebagai Kota Bahari yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan sejak zaman kolonial Belanda. Sampai saat ini, Kota Tegal masih menjadi salah satu pusat pelabuhan nelayan dengan penghasilan fantastis. Pelabuhan di sana menjadi pusat perdagangan yang banyak disinggahi para pelayar dari berbagai daerah di Nusantara hingga mancanegara.
Dilansir dari sebuah literasi ilmiah dari situs ejournal.kependudukan.lipi.go.id, Rabu (22/12/2021), sektor perikanan laut merupakan salah satu sektor unggulan di kota bahari tersebut. Persentase kontribusi sub sektor perikanan terhadap sektor pertanian di Kota Tegal sebesar 57,27%.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Baca Juga: Terisolir, Kampung Tirang Tegal Cuma Dihuni 12 KK
Dengan melihat persemtase tersebut, nelayan dan usaha penangkapan ikan menjadi sektor paling dominan. Sektor perikanan di Tegal menjadi bidang usaha yang cukup menjanjikan. Para juragan kapal dengan banyak nelayan dapat mengumpulkan penghasilan hingga miliaran rupiah per tahun.
Sudah bukan rahasia lagi kalau jika para pengusaha penangkapan ikan di Kota Tegal, terutama dalam 10 tahun terakhir telah menjadi orang kaya baru (OKB). Salah satu nelayan warga Desa Tegalsari, Taryoni mengatakan bahwa tidak terlalu sulit memperikarakan tingkat kemakmuran para OKB di Tegal yang dapat dilihat melalui ritual sedekah laut.
Baca Juga: Wiiii...Warteg Populer di Korea Sampai Eropa Hlo
Sedekah Laut
Tradisi sedekah laut adalah ritual persembahan kepada laut yang sudah dilakukan oleh kelompok masyarakat pesisir yang berprofesi nelayan secara turun-menurun. Bagi masyarakat Tegal, sedekah laut biasanya dilakukan dengan menggelar pesta rakyat lengkap dengan pertunjukan yang diiringi dengan persembahan sesaji atau kurban yang disepakati.Taryoni juga menambahkan sejak lima tahun terakhir, sedekah laut di Desa Tegalsari atau Muarareja menghadirkan kelompok pedangdut terkenal seperti orkes melayu Pallapa atau sekelasnya, di mana para OKB ini harus merogoh kocek yang dalam. Guna mengundang mereka, pra juragan kapal itu harus menyiapkan uang sekitar Rp100 juta.
Baca Juga: Ulah Kades di Blora, Pesawat Citilink Gagal Terbang ke Bandara Ngloram
Arif yang juga warga Desa Tegalsari dan kerabat salah satu OKB juga menceritakan tentang tradisi sedekah laut yang biasa dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, seperti memotong kepala kerbau. Bisa satu ekor atau diua ekor untuk kemudian dilarung ke laut. Selain itu, untuk hiburan, biasanya juga menghadirkan pertunjukan wayang golek.
Pengeluaran tersebut dinilai biasa, karena penghasilan para nelayan kaya di Tegal dalam sebulan mencapai miliaran rupiah. Angka itu bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan. Berdasarkan wawancara mantan Menteri Kelautan dan Perikanan yang menjabat pada periode 2014 hingga 2019, Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa para pemikik kapal yang berkapasitas antara 10 hingga 30 gross ton, rata-rata memperoleh pendapatan sekitar Rp5 miliar dalam satu tahun sementara para OKB atau juragan usaha penangkapan ikan di Tegal ini biasanya memiliki lebih dari 20 kapal.
Baca Juga: Asale Warteg, Legenda Kuliner Indonesia
Seorang sumber yang yang tidak mau disebutkan namanya yang menerbitkan surat izin penangkapan ikan memperkirakan penghasilan bersih para OKB atau juragan kapal dan nelayan di Tegal tersebut berkisar antara Rp1 miliar hingga Rp3 miliar per bulan.
Akan tetapi, sampai saat ini nasib para anak buah kapal (ABK) masih memprihatinkan. Kesejahteraan meraka masih rendah. Hal ini menunjukkan ketimpangan bisnis perikanan di Tegal. Di satu sisi, para OKB atau juragan mendapatkan keuntungan besar dan di sisi lain, para pekerja dari nahkoda hingga ABK masih kembang kempis.