by Uli Febriarni Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Kamis, 22 Oktober 2015 - 16:20 WIB
Mitigasi bencana tsunami di Gunungkidul dilakukan dengan pemsangan alat deteksi dini, namun tujuh alat saat ini dalam kondisi rusak
Harianregional.com, GUNUNGKIDUL - Tujuh alat Early Warning System (EWS) atau alat deteksi dan peringatan dini bencana tsunami bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dipasang di kawasan pesisir selatan Gunungkidul, rusak.
Alat tersebut saat ini tidak semuanya berfungsi secara optimal karena karat, akibat terkena air laut. Sementara itu, ada satu EWS tsunami yang masih berfungsi dengan baik yaitu milik Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Nugroho Wahyu Winarno pada Rabu (21/10/2015) mengatakan EWS bantuan dari BNPB sudah dipasang di tujuh titik yakni Pantai Ngrenehan, Kukup, Sepanjang, Drini, Sundak, Siung dan Wediombo sejak setahun lalu. Hanya saja, saat ini kondisinya sudah mulai mengalami kerusakan.
Beberapa bagian keropos sehingga menyebabkan peralatan pendukungnya rontok. Sementara dua alat lainnya hingga saat ini belum terkoneksi dengan link yang dimiliki oleh BPBD karena jaringannya tidak terjangkau.
Meski demikian, alat tersebut masih bisa digunakan oleh satuan Search And Rescue pantai untuk peringatan gelombang tinggi dan keperluan penyelamatan.
"Kerusakan EWS tsunami ini sudah terjadi untuk yang kedua kalinya. Kerusakan yang pertama berhasil diperbaiki setelah BPBD mengajukan anggaran perbaikan ke pemerintah pusat, dan kali ini kami mengajukan kembali usulan perbaikan EWS tersebut ke pusat," lanjutnya.
Kebutuhan EWS bencana tsunami ini menurut Nugroho memang cukup vital karena wilayah Gunungkidul memiliki potensi kerawanan cukup tinggi. Wilayah Gunungkidul sepanjang lebih kurang 81 kilometer berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Hanya saja, saat ini jumlah EWS yang sudah dipasang jumlahnya terbatas, hanya tujuh buah. Itupun saat ini kondisinya sudah rusak semuanya. Menurut Nugroho, idealnya, jumlah EWS yang dipasang sesuai dengan jumlah pantai yang saat ini dibuka untuk kepentingan pariwisata.