Esposin, PATI -- Pati merupakan sebuah kabupaten di wilayah Jawa Tengah. Letak geografis Pati yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa sangat berpengaruh terhadap sejarah kabupaten ini.
Tak diragukan bahwa Pati meninggalkan berbagai jejak masa lalu sebagai salah satu tempat yang berpengaruh dalam perdagangan rempah dan hasil bumi lainnya di Nusantara, khususnya Pulau Jawa.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Ramainya aktivitas dagang di pesisir utara Pulau Jawa membuat salah satu pelabuhan di Pati, Pelabuhan Juwana, dikenal luas sejak abad ke-16 M. Pelabuhan ini sudah berdiri sejak Sungai Juwana masih berbentuk selat, ketika pedagang Tionghoa datang dan menguasai daerah ini.
Pelabuhan Juwana merupakan titik penting dalam perdagangan rempah di pesisir utara Jawa karena menjadi penghubung antartitik pusat rempah Nusantara. Lokasi tersebut dikenal menjadi tempat galangan kapal terbaik.
Di wilayah Pati, Anda juga bisa melihat jejak-jejak akulturasi warisan bangsa Tiongkok dan kerajaan kuno Nusantara.
Berikut ada 3 warisan yang telah didaftarkan maupun ditetapkan sebagai cagar budaya dilansir dari jalurrempah.kemdikbud.go.id.
1. Kelenteng Tjoe Tik Bio
Bangsa Tiongkok memang memiliki andil besar terkait keberadaan Pelabuhan Juwana. Selama melakukan perdagangan di wilayah ini, mereka mendirikan pelabuhan dan lambat laun mendirikan tempat tinggal di sekitarnya.Hingga akhirnya mereka juga mendirikan beberapa kelenteng, salah satunya yaitu Kelenteng Tjoe Tik Bio yang kini merupakan cagar budaya di Pati. Kelenteng ini dibangun oleh orang-orang Tionghoa yang melarikan diri dari peristiwa Geger Pecinan di Batavia pada tahun 1740.
Dari tutur lisan masyarakat sekitar, kelenteng yang dibangun untuk menghormati Dewi Kwan Im ini didirikan pada tahun 1870. Sedangkan bukti pada enkripsi papan nama dan puisi yang tergantung di pintu-pintu kelenteng paling tua bertarikh 1875.
2. Bangunan Polsek Juwana
Bangunan polsek Juwana terletak tepat di seberang rumah makan legendaris di Juwana, yaitu Warung Makan Sederhana Bu Marni (spesial kepala ikan manyung) yang tak pernah sepi pengunjung.Masih mempertahankan keaslian bangunannya dengan arsitektur kuno di atapnya, Polsek Juwana semula merupakan kediaman seorang Letnan beretnis Tionghoa bernama Go Tat Thiong.
Sempat beralih fungsi menjadi markas polisi rahasia Kempeitai Jepang ketika mereka menduduki Juwana. Bangunan itu baru difungsikan sebagai kantor polisi setelah Indonesia merdeka hingga saat ini.
3. Pintu Gerbang Majapahit
Pusat pemerintahan Majapahit di masa lalu memang selalu berpindah-pindah dan tak ada catatan yang menunjukkan Pati sebagai salah satunya. Meskipun begitu, perlu diingat bahwa Majapahit merupakan sebuah kerajaan besar di Nusantara yang juga memegang peran penting dalam perdagangan.Tak heran, selain diketahui sebagai kerajaan agraris, Majapahit juga merupakan kerajaan maritim yang berada di tengah jalur pelayaran Nusantara. Rempah-rempah merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan ketika kerajaan ini berjaya. Menjadi keniscayaan bagi kerajaan ini untuk tidak berusaha menguasai pelabuhan-pelabuhannya di pantai utara Jawa.
Pintu yang saat ini berdiri di balik instalasi kaca dan dilindungi pagar yang dibangun mengelilinginya berada di Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo. Pintu Majapahit ini adalah salah satu saksi penting dari kejayaan Nusantara di masa lalu yang saat ini bisa dengan mudah temukan di Pati. Pintu itu telah terverifikasi sebagai cagar budaya sejak April 2018.