Esposin, UNGARAN - Ratusan warga Dusun Lonjong, Kelurahan Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), tumpah ruah di lapangan dusun setempat, Jumat (3/3/2023). Membawa ceting dan lauk pauk, mereka sip mengikuti tradisi Cetingan sebagai rangkaian merti dusun di wilayah itu.
Ketua Panitia, Supriyanto, mengatakan merti dusun di Dusun Lonjong berbeda dengan daerah lain. Hal itu dikarenakan merti dusun digelar pada bulan Ruwah. Sementara di daerah lain, bulan Ruwan biasanya digunakan untuk menggelar nyadran.
Promosi Lestarikan Warisan Nusantara, BRI Dukung Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024
“Tapi kalau di Lingkungan Lonjong kebalikannya, nyadran dilaksanakan di bulan Sura dan merti dusun dilaksanakan di bulan Ruwah," ujar Supriyanto.
Satu hal yang tidak pernah ketinggalan acara merti dusun adalah tradisi Cetingan. Tradisi ini ditandai dengan berkumpulnya seluruh warga Dusun Lonjong dengan membawa ceting yang berisikan nasi dan lauk pauk. Makanan yang dibawa dengan ceting itu kemudian didoakan secara bersama-sama dan disantap bersama-sama warga dusun.
“Ini merupakan rasa syukur warga sini atas seluruh potensi yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa dengan membawa berbagai makanan yang ada, ” ujarnya.
Tidak hanya Tradisi Cetingan, dalam merti dusun tersebut juga menghadirkan 1000 serabi klasik khas Ngampin. Serabi itu dibuat waarga dan Paguyuban Serabi Ngampin yang pembuatannya bisa disaksikan langsung warga dari luar dusun yang datang ke acara itu.
“Ini sekaligus memperkenalkan kembali serabi klasik Ngampin yang asli, karena yang dijual di pinggir jalan tersebut sudah dimodifikasi dan dikreasikan,” terangnya.
Serabi klasik di Ngampin memiliki kekhasannya karena terbuat dari tepung beras dan kelapa. Dua bahan itu dipadukan dengan cara dihaluskan, ditumbuk di lumbung.
“Biar rasanya ada krenyes-krenyesnya. Itu yang membuat berbeda serabi klasik Ngampin,” beber Supriyanto.
Seorang warga Dusun Lonjong, Wahid, mengaku dalam tradisi Cetingan setiap kelapa keluargaa datang dengan membawa ceting untuk disantap bersama dengan warga lainnya.Tradisi ini diyakini mampu mempererat tali silaturahmi antar-warga Lonjong.
“Kita disini sebagai wujud syukur atas melimpahnya anugerah Tuhan kepada warga Dusun Lonjong. Tanah yang kita hasilkan bumi yang ada menghasilkan apa yang ada di sini [ceting]," ujarnya.