Espos.id, MAGETAN – Polres Kota Kediri mengumpulkan puluhan pendeta di Gereja Getsemani, Jl. Hasanuddin, Kota Kediri, Selasa (21/7/2015). Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk meredam terjadinya insiden berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) akibat masjid di Papua dibakar pada hari pertama Lebaran 2015 lalu.
Promosi 2,6 juta Pelaku UMKM Dapatkan Akses Pembiayaan KUR BRI di Sepanjang 2024
Kapolres Kota Kediri AKBP Bambang W Baiin mengatakan aksi balas dendam akibat masjid di Papua dibakar sangat mungkin terjadi. Hal itu bisa dilakukan secara sengaja oleh pihak-pihak tertentu untuk memprovokasi masyarakat dan mengoyak keutuhan bangsa.
“Ini adalah langkah antisipasi jika terjadi aksi balas dendam. Oleh karena itu, semua pendeta kami kumpulkan,” kata Bambang seperti dikutip Madiun Pos dari www.polreskedirikota.com, Kamis (2/7/2015).
Menurut Bambang, para pendeta dan pengurus gereja harus bisa menjadi polisi sendiri. Maksudnya, kata Bambang, mereka harus memiliki kemampuan dan strategi menjaga keamanan gerejanya sendiri agar aksi balas dendam masjid di Papua dibakar itu tak terjadi di Kota Kediri.
“Kami juga akan melakukan penjagaan di semua gereja 1x24 jam. Kami imbau agar jemaat gereja tidak melakukan kegiatan di luar gereja hingga keadaan kembali aman,” imbau Bambang.
Pendeta Timotius Kabul yang juga Ketua Badan Musyawarah Antargereja (Bamag) Kediri mengucapkan terima kasih kepada pihak polisi yang telah memberi penjelasan dan berbagai upaya agar tidak terjadi inseden serupa sebagai dampak masjid di Papua dibakar beberapa waktu lalu.
“Puji syukur di Kota Kediri hubungan antara umat beragama sangat baik. Namun demikian, kami juga akan tetap waspada, salah satu langkahnya adalah menenteramkan umat agar terjalin harmonisasi antarumat beragama,” papar Pendeta Kabul.