by Imam Yuda Saputra - Espos.id Jateng - Jumat, 6 Agustus 2021 - 00:02 WIB
Semarangpos.com, SEMARANG -- Perekonomian Jawa Tengah (Jateng) mulai mengalami perkembangan positif di masa pandemi ini. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statisik (BPS), Kamis (5/8/2021), ekonomi Jateng pada kuartal II 2021 ini mengalami pertumbuhan sekitar 5,66%.
Sejak kuartal II 2020, perekonomian Jateng memang mengalami kontraksi imbas dari pandemi Covid-19. Bahkan mengalami minus 5,91%. Namun kondisi itu lambat laun mulai membaik. Berdasarkan data BPS, beberapa sektor usaha mengalami peningkatan dan menyumbang pertumbuhan ekonomi di Jateng.
Pertumbuhan tertinggi dicatatkan sektor usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh 85,43%. Padahal, tahun lalu sektor transportasi paling terdampak, hingga mengalami kontraksi hingga minus 62,95%.
Baca juga: Purwokerto dan Cilacap Tercatat Alami Inflasi Pada Juli 2021
Dampak itu disebabkan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal pandemi Covid-19. Tahun ini, pemerintah sebenarnya juga menerapkan pembatasan pergerakan orang melalui moda transportasi melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Meski demikian, efek PPKM itu tidak terlalu terasa pada lapangan usaha transportasi dan dianggap tidak seketat PSBB. Terbukti jumlah penumpang angkutan udara maupun angkutan laut, tak terkecuali di Jateng mengalami peningkatan dari tahun lalu.
Hal ini terlihat data BPS yang menyatakan jumlah penumpang pesawat dari Jateng pada April-Juni mencapai 197.827 orang, atau naik sekitar 23% dibanding periode yang sama pada tahun lalu, yakni 44.406 orang.
Baca juga: BPS Sebut Indonesia Telah Keluar dari Resesi, Ini Indikatornya
Total hampir semua sektor usaha mengalami pertumbuhan positif dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian Jateng. Sektor usaha perdagangan eceran dan besar, reparasi mobil dan sepeda motor menyumbang pertumbuhan ekonomi 1,77%.
Kemudian sektor transportasi dan pergudangan berkontribusi 1,18%, dan industri pengolahan sekitar 1,02%. Meski demikian, masih ada sektor yang mengalami kontraksi. Sektor itu yakni lapangan usaha di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami minus 0,81%.