by Apriliana Susanti Jibi Harian Jogja - Espos.id Jogja - Selasa, 8 Mei 2012 - 10:05 WIB
Sendirian, Suharno,15, tampak tekun mengerjakan soal Bahasa Indonesia dalam Ujian Akhir Nasional (UN) sekolah dasar (SD) hari pertama, Senin (7/5). Jari jemarinya sibuk menelusuri soal-soal berhuruf braille. Setelah menemukan jawabannya, ia segera menusuk lembar jawaban di bawah papan berkotak warna hitam dengan jarum khusus.
Selama kurang lebih 165 menit lamanya, siswa penyandang tunanetra itu berkutat dengan soal-soal ujiannya. Tak sedikitpun tersirat ketegangan di wajahnya. Dengan tenang namun tetap serius, dia kembali mengarahkan jemarinya menelusuri soal yang sama saat belum menemukan jawaban yang dia inginkan.
Eko Jatminingsih, Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLBN) Bogor, Playen mengungkapkan, meskipun tidak bisa melihat, Suharno memiliki kemampuan akademis yang tidak kalah dengan anak-anak normal pada umumnya.
Eko Jatminingsih, Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri (SDLBN) Bogor, Playen mengungkapkan, meskipun tidak bisa melihat, Suharno memiliki kemampuan akademis yang tidak kalah dengan anak-anak normal pada umumnya.
Dia bahkan menduduki peringkat ketiga terbaik se-Playen dalam try out bersama siswa-siswa dari SD umum beberapa waktu lalu. Eko merasa bersyukur karena untuk UAN SD kali ini Pemerintah Provinsi DIY memfasilitasi huruf braille bagi para penyandang tunanetra, tak seperti ujian di jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
“Suharno adalah satu-satunya siswa kami yang ikut UAN SD tahun ini. Dia termasuk anak yang cerdas,” kata Eko Jatminingsih kepada Harian Jogja, Senin, (7/5).
“Sebelum sekolah, kegiatannya adalah mencari batu di desanya. Dahulu dia masih bisa membedakan gelap dan terang, tapi lama-lama kemampuan itu berkurang. Kakaknya lebih cerdas lagi, sekarang dia sudah kelas 1 di SMP Yakatonis,” tutur Eko.
Selain cerdas, Suharno juga memiliki kemampuan seni musik dan olahraga yang baik. Beberapa kali ia memenangi lomba menyanyi dan lari tunanetra di tingkat kecamatan hingga provinsi.
“Anak-anak di sini, termasuk Suharno punya rasa percaya diri dan semangat yang tinggi. Mereka enggak minder kalau harus tampil di depan umum,” tegas Eko.
Di sekolah yang menampung 43 siswa tersebut, Suharno dan adiknya Supriyati tinggal di asrama. Setiap dua atau tiga minggu sekali, sepupu mereka akan menjemput keduanya untuk pulang ke desa mereka.
Menjadi tunanetra tak berarti semangat Suharno dan kedua saudaranya gelap.
Supriyati, adik Suharno yang masih duduk di kelas II di SD yang sama menuturkan, baik dia maupun kakaknya bercita-cita menjadi penyanyi dan guru. Dengan nada suara yang tegas dan penuh rasa ingin tahu, Supriyati mengatakan ia akan mempersiapkan diri dengan belajar sejak dini.
“Mas Harno pernah cerita sama saya kalau dia ingin jadi penyanyi dan guru. Saya juga ingin seperti itu. Saya ingin baca banyak buku biar besok bisa mewujudkan cita-cita itu,” tutur gadis 12 tahun itu dengan nada suara yang lugas dan bersemangat.
Seperti halnya 41 siswa lainnnya, meskipun hari itu dilaksanakan UAN SD, ia tetap masuk sekolah seperti biasanya. Eko menjelaskan, pihaknya memang tidak meliburkan siswa kelas 1-5 pada saat UAN tanggal 7- 9 Mei 2012 nanti.
“Memang tidak diliburkan karena guru-gurunya ada sehingga mereka bisa belajar seperti hari-hari biasanya,” jelas Eko.