Esposin, GUNUNGKIDUL – Kepala SMP Negeri 1 Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Emy Indarti, diduga menampar salah seorang muridnya. Atas tindakan itu, pelajar tersebut saat ini mengalami trauma dan tidak ingin masuk sekolah.
Dugaan kekerasan yang dilakukan kepala sekolah itu dilatarbelakangi oleh keputusan pelajar tersebut untuk pulang setelah mengerjakan soal try out.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Ibu pelajar tersebut, Yuliani, mengatakan kejadian berawal ketika Kepala SMPN 1 Saptosari mendatangi si anak dan bertanya alasan si anak memutuskan pulang padahal try out belum berakhir.
“Anak saya menjawab sudah selesai mengerjakan soal try out. Setelah menjawab itu, dia ditampar pipinya sekali,” kata Yuliani ditemui di Dusun Sumbermulyo, Kepek, Rabu (4/9/2024).
Menurut pengakuan si anak, peserta try out diperbolehkan untuk pulang lebih awal apabila sudah selesai mengerjakan soal.
Setelah kejadian itu, si anak tidak mau kembali ke sekolah. Pihak sekolah sempat datang ke rumah untuk membujuk agar siswa itu mau kembali bersekolah sebanyak tiga kali. Akhirnya orang tua menandatangani surat pemberhentian studi awal 2024. Si anak saat ini masih belum bersekolah.
Yuliani juga telah mendatangi Dinas Pendidikan (Disdik) Gunungkidul untuk membicarakan kelanjutan studi anaknya. Disdik akan mengupayakan agar si anak mendapat sekolah.
Kepala SMPN 1 Saptosari, Emy Indarti, membantah adanya penamparan terhadap anak Yuliani. Sebaliknya, Emy melalui warga sekolah/guru telah melakukan home visit untuk membujuk pelajar itu kembali bersekolah.
“Anak ini juga tidak kami keluarkan. Surat yang kami sampaikan ke Ibu Yuliani itu surat pernyataan untuk si anak melanjutkan ke Pondok Pesantren,” kata Emy.
Emy mengaku menyambangi rumah Yuliani juga agar ada keputusan apakah si anak akan melanjutkan sekolah atau tidak. Pasalnya, SMPN 1 Saptosari dituntut segera melaporkan data untuk kebutuhan Asesmen Standar Pendidikan Daerah (ASPD). Data akan dikirim ke Disdik Gunungkidul.
“Dia masih bisa melanjutkan di sini, tapi ya harus ikut aturan,” katanya.
Dia juga menceritakan bahwa pelajar tersebut jarang masuk sekolah dengan bermacam alasan sejak kelas VIII.
Wakasek Bidang Kurikulum SMPN 1 Saptosari, Lusia Septiharyanti, mengaku pelajar itu hanya sekali mengikuti try out. Daftar kehadiran pun sering alpa. Padahal, syarat pelajar dapat naik kelas paling tidak dia harus hadir 90% dalam satu semester atau ketidakhadiran tanpa keterangan maksimal sepuluh hari dalam satu semester.
Kepala Disdik Gunungkidul, Nunuk Setyowati, menegaskan tidak ada penamparan terhadap pelajar tersebut.
“Anak ini kan memang jarang masuk sekolah, jadi guru memintanya untuk ke hall untuk diberi arahan. Anak juga tidak dikeluarkan, tapi orang tua memang ingin si anak melanjutkan ke pondok pesantren,” kata Nunuk.
Nunuk menegaskan bahwa pihaknya akan mengupayakan agar pelajar tersebut dapat melanjutkan pendidikan.